Rabu 04 May 2016 18:35 WIB

Harga Beras Jelang Lebaran Diperkirakan Stabil

Red: Nur Aini
Pedagang beras dengan bermacam harga.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras dengan bermacam harga.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Urusan Logistik (Bulog) menilai harga beras saat ini cukup stabil menjelang puasa dan diharapkan dapat terus demikian hingga Lebaran karena berdekatan dengan masa panen.

"Beras untuk saat ini kondisinya relatif lebih stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena berdekatan dengan masa panen," kata Kepala Divisi Pemasaran Bulog Subali Agung Gunawan dalam Diskusi Pangan Jelang Puasa dan Lebaran di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (4/5).

Subali memperkirakan bahwa bila ada kenaikan harga pada saat puasa atau Lebaran maka diperkirakan juga bakal tidak tinggi. Bulog, menurut dia, masih belum operasi pasar dan tingkat harga kemungkinan besar masih bisa tercakup dengan pencapaian target raskin (beras miskin) kepada masyarakat.

Dengan adanya penyebaran raskin, kata dia, maka hal tersebut juga akan mengurangi transaksi masyarakat yang berpenghasilan rendah di pasar-pasar. Subali mengungkapkan, stok beras di Bulog dengan bantuan subsidi PSO saat ini ada sekitar 1,6 juta ton, sedangkan stok komersial Bulog 265 ribu ton.

Bulog, ujar Subali, juga memiliki program ritel misalnya Bulog mart melalui toko-toko binaan di luar Bulog dan program rumah pangan yang merupakan cabang perpanjangan dari Bulog.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Perdagangan Benny Sutrisno mengutarakan harapannya agar saat panen tiba maka Bulog benar-benar bisa melakukan perannya dalam menyerap beras.

Sebelumnya, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) terus mendorong pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perdagangan untuk mengurangi impor beras guna membangun ketahanan pangan dalam negeri dan menyejahterakan petani.

Ketua Umum HKTI Fadli Zon dalam Rapat Kerja Nasional HKTI 2016 di Jakarta, Selasa (26/4) menilai impor tanaman pangan, terutama beras sebisa mungkin harus dikendalikan karena rawan akan penyelundupan.

"Kita ingin impor dibatasi, jangan sampai ada impor pangan karena ini akan melukai petani, kecuali kalau kita betul-betul kekurangan, ini pula yang akan mempengaruhi daya saing petani kita," katanya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada minggu ke-2 bulan April 2016 perkembangan serapan gabah (sergab) tingkat nasional realisasinya sudah mencapai 1.064.302 ton gabah kering panen (GKP) atau sama dengan 490.034 ton beras. Serapan tersebut dinilai jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama 2015 yang hanya sebesar 145.136 ton GKP atau setara 73.729 ton beras.

Sementara itu, panen raya padi Maret hingga Mei 2016 menghasilkan produksi 30,9 juta ton GKG setara dengan 19,5 juta ton beras. Produksi tersebut naik lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015, sementara kebutuhan konsumsi beras nasional selama tiga bulan hanya 7.98 juta ton.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 4,92 Persen Didorong Realisasi Investasi

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement