REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan pengeluaran belanja pemerintah yang mendukung realisasi investasi menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi kuartal I 2016 mencapai 4,92 persen (yoy).
"Tingginya realisasi investasi berupa bangunan dan konstruksi lain, termasuk belanja modal mengalami ekspansi signifikan," kata Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (4/5).
Suryamin menjelaskan penyerapan belanja modal yang tinggi pada kuartal I-2016 memberikan kontribusi terhadap komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 5,57 persen pada periode ini.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi kuartal I juga didukung oleh konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang tumbuh 6,38 persen dan realisasi konsumsi pemerintah yang tumbuh 2,93 persen. "Pengeluaran konsumsi LNPRT tumbuh tinggi pada periode ini karena adanya kegiatan berskala nasional seperti mukernas, rakernas serta kongres berbagai parpol dan ormas," ungkap Suryamin.
Namun, pengeluaran konsumsi rumah tangga sedikit melambat atau hanya tumbuh 4,94 persen yang terjadi di seluruh kelompok lapangan usaha, kecuali transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel. Sementara, komponen ekspor dan impor masih terkontraksi masing-masing negatif 3,88 persen dan 4,24 persen seiring dengan perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor, penurunan harga komoditas, perlemahan permintaan domestik dan depresiasi rupiah.
Meskipun demikian, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menyumbang distribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I yaitu mencapai 56,86 persen, diikuti PMTB 33,16 persen dan ekspor 18,78 persen. Dari sisi produksi, sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami kontraksi pada kuartal I karena rendahnya harga batu bara diikuti perlambatan pada sektor pertanian karena pergeseran musim tanam serta keterlambatan aktivitas kehutanan.
"Sektor perdagangan juga tumbuh melambat karena turunnya produksi barang domestik dan persediaan barang impor sejak awal tahun," tutur Suryamin.
Sedangkan, sektor konstruksi tumbuh tinggi karena realisasi proyek infrastruktur, diikuti sektor jasa perantara keuangan karena perluasan margin pendapatan bunga perbankan dan sektor transportasi karena penambahan armada serta rute perjalanan angkutan udara dan rel. Dari segi lapangan usaha, pertumbuhan PDB tertinggi pada triwulan I terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 9,1 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 8,52 persen, serta informasi dan komunikasi 8,28 persen.
BPS juga mencatat struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada kuartal I masih didominasi oleh Jawa dan Sumatera yang masing-masing memberikan kontribusi 58,91 persen dan 22,15 persen terhadap PDB.
Kendati demikian, laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Sulawesi yang tumbuh 7,52 persen, diikuti Bali dan Nusa Tenggara 7,09 persen, Jawa 5,13 persen, Sumatera 4,18 persen serta Maluku dan Papua 1,24 persen.
Sementara, perekonomian Indonesia dihitung berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku kuartal I mencapai Rp 2.947,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 2.262,6 triliun.