REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih sebesar Rp 3,112 triliun pada kuartal pertama 2016. Perolehan laba tersebut turun 22 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya Rp 3,992 triliun.
Presiden Direktur Astra international Tbk Prijono Sugiarto dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (26/4) mengemukakan bahwa penurunan itu seiring dengan pendapatan bersih konsolidasian perseroan sebesar 7 persen menjadi Rp 41,9 triliun pada kuartal I 2016.
"Grup Astra masih mengalami rendahnya permintaan otomotif dan lemahnya harga komoditas, serta penurunan kualitas kredit korporasi di Bank Permata. Kondisi bisnis diperkirakan masih menantang," paparnya.
Berdasarkan tinjauan kinerja, lanjut dia, grup Astra mengalami penurunan pendapatan alat berat dan pertambangan serta agribisnis. Bersamaan dengan itu, terdapat penurunan kontribusi pendapatan bersih dari Toyota Sales Operations, setelah pelaksanaan restrukturisasi model distribusi dua tingkat (two-tiered).
"Profitabilitas mengalami penurunan disebabkan oleh turunnya kontribusi dari alat berat dan pertambangan, jasa keuangan, teknologi informasi dan otomotif," katanya.
Dijelaskan, kontribusi dari tiap segmen bisnis terhadap laba bersih konsolidasian Astra International pada periode kuartal I, yakni segmen agribisnis memberikan kontribusi positif terhadap laba bersih perseroan. Tercatat, segmen agribisnis grup sebesar Rp 333 miliar, mengalami peningkatan sebesar 168 persen.
Kemudian, laba bersih untuk segmen infrastruktur, logistik dan lainnya meningkat sebesar 128 persen menjadi Rp 82 miliar, sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya laba bersih dari pengoperasian jalan tol dan pengembangan properti.
Sementara itu, laba bersih dari grup bisnis otomotif menurun 3 persen menjadi Rp 1,6 triliun. Laba bersih bisnis jasa keuangan grup menurun sebesar 46 persen menjadi Rp 641 miliar. Lalu, laba bersih Grup Astra dari segmen alat berat dan pertambangan menurun sebesar 55 persen menjadi Rp 442 miliar. Dan laba bersih dari segmen teknologi informasi turun sebesar 8 pesen menjadi Rp 34 miliar.