REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore (26/4) bergerak menguat tipis sebesar satu poin menjadi Rp 13.198 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.199 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung mendatar di tengah antisipasi investor terhadap keputusan bank sentral AS dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Jelang rapat FOMC, pelaku pasar kembali cenderung menahan transaksinya di aset mata uang negara berkembang sehingga fluktuasinya terbatas, termasuk rupiah," katanya.
Ia menambahkan bahwa meski pergerakan rupiah mendatar, namun potensi untuk menguat lebih tinggi cukup terbuka seiring dengan harga sejumlah komoditas, terutama minyak mentah yang meningkat. Harga minyak mentah jenis WTI crude pada Selasa (26/4) sore ini menguat 0,80 persen menjadi 42,98 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah jenis brent crude di posisi 44,85 dolar AS, menguat 0,83 persen.
Analis Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan bank sentral AS (The Fed) diproyeksikan belum akan menaikan suku bunga acuannya (Fed Fund rate) dalam waktu dekat, kondisi itu cukup menjaga mata uang domestik di area positif.
"Meski The Fed masih berpotensi untuk menaikan suku bunga secara gradual sebanyak dua kali pada tahun ini, namun sebagian pelaku pasar masih meminati aset-aset berisiko yang menawarkan imbal hasil tinggi, salah satunya di Indonesia mengingat fundamental ekonomi masih terjaga," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (26/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.215 dibandingkan hari sebelumnya (25/4) Rp 13.235.