Selasa 26 Apr 2016 08:10 WIB

Minyak Jatuh karena Saudi Hampir Selesaikan Ekspansi Ladang Minyak

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia berakhir jatuh pada Senin (25/4)), di tengah kekhawatiran tentang peningkatan persediaan AS.

Arab Saudi melaporkan segera menyelesaikan proyek perluasan ladang minyak utama sehingga berpotensi menambah pasokan global yang berlimpah. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 1,09 dolar AS (2,5 persen) menjadi ditutup pada 42,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, patokan Eropa berakhir di 44,48 dolar AS per barel, turun 63 sen (1,4 persen) dari penutupan Jumat pekan lalu. Kedua kontrak telah mencatat kenaikan mingguan selama tiga pekan terakhir.

Phil Flynn dari Price Futures Group mencatat harga bergerak antara keuntungan dan kerugian pada Senin dalam volume ringan. "Mereka berbalik lebih rendah ketika Genscape, periset swasta, menyatakan peningkatan pasokan minyak mentah di Cushing, Oklahoma," kata Flynn.

Pasokan minyak mentah komersial AS saat ini mendekati tingkat tertinggi dalam sejarah dan para pedagang terus mengamati tingkat di terminal minyak Cushing, di mana persediaan dijadikan sebagai dasar harga untuk kontrak WTI. Departemen Energi AS melaporkan persediannnya pada Rabu.

Harga minyak turun pada Senin setelah data menunjukkan persediaan di sebuah pangkalan penyimpanan utama untuk minyak mentah AS naik tajam. Perusahaan intelijen pasar Genscape mengatakan pada Senin bahwa stok di titik pengiriman Cushing, Oklahoma untuk minyak mentah berjangka AS naik 1.549.705 barel dalam pekan sampai 22 April.

Bloomberg News melaporkan perusahaan minyak miliak negara Saudi, Aramco, akan menyelesaikan perluasan ladang minyak Shaybah pada akhir Mei, yang memungkinkan eksportir terbesar di dunia itu mempertahankan total kapasitas 12 juta barel per hari. Langkah ini akan meningkatkan kapasitas Shaybah dari 750.000 barel menjadi 1,0 juta barel per hari.

Laporan tersebut menimbulkan "kegelisahan pasar", kata Bernard Aw, analis IG Markets di Singapura. "Jika Saudi meningkatkan produksi dengan jumlah yang cukup besar, tingkat harga 40 dolar AS akan mudah dipecahkan. Itu menciptakan masalah yang kita bahkan tidak akan melihat penyeimbangan kembali pasar minyak, bahkan pada paruh pertama tahun depan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement