REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura II (Persero) (AP II) belum akan menerbitkan sukuk meski ada selalu ada kebutuhan dana. Badan usaha milik negara (BUMN) ini masih menunggu saran dari pemerintah.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan, untuk saat ini AP II masih menerbitkan obligasi dulu. Sukuk masih akan dipelajari dulu dan akan diterbitkan jika memungkinkan.
''Belum ada anjuran dari kementerian. Nanti setelah ada anjuran langsung, baru akan kami lakukan,'' kata Budi usai peringatan ulang tahun Kementerian BUMN di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (13/4).
Budi menyatakan dalam setahun AP II membutuh dana sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun. Selain dari internal, kebutuhan dana juga dicukupi dari pinjaman perbankan, lembaga keuangan maupun obligasi. Belum lama ini AP II menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai Rp 2 triliun.
Kebutuhan modal AP II tahun ini mencapai Rp 11 triliun dimana Rp 5 triliun bersumber dari dana internal dan Rp 6 triliun dari pinjaman bank, lembaga keuangan dan obligasi.
Penggunaan terbesar masih untuk Bandara Soekarno Hatta antara lain untuk membangun Terminal Tiga dengan alokasi Rp 6 triliun-Rp 7 triliun, pembangunan runway ke tiga Rp 2 triliun, serta meningkatkan runway dan fasilitas lain Rp 3 triliun-Rp 4 triliun. Di daerah, perbaikan dilakukan antara lain di Bandara Silangit, Pangkal Pinang, Pontianak, Bandung, Padang dan Palembang.
Bandara Kuala Namu juga akan dijadikan sub-hub nasional dan pembiayaannya akan lebih banyak melalu kemitraan dengan investor. Sudah ada tiga empat perusahaan dari Turki, Cina, dan Hong Kong yang berminat menggarap bersama Bandara Kuala Namu. Kemungkinan akhir tahun ini sudah keputusan perusahaan yang akan jadi mitra AP II untuk proyek ini.
Untuk tahun ini, AP II menargetkan sales bisa mencapai Rp 7,5 triliun, naik dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 5,7 triliun. Kinerja kuartal satu 2016 juga sudah sesuai target dimana pendapatan mendekati Rp 2 triliun. ''Kemungkinan triwulan bisa capai setengah dari target hingga akhir tahun. Kontribusi terbesar masih dari aero sisanya dari kargo, ritel dan lain-lain,'' ungkap Budi.