Senin 11 Apr 2016 17:30 WIB

Harga Bawang Naikkan Inflasi

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Harga Bawang Merah Naik: Pedagang memilah bawang merah di Pasar Senen, Jakarta, Senin (18/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Harga Bawang Merah Naik: Pedagang memilah bawang merah di Pasar Senen, Jakarta, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID,BREBES -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, inflasi Maret 2016 yang berada di level 0,19 persen dari bulan ke bulan atau month to month (mtm) dipengaruhi oleh ketidakstabilan harga pangan (volatile food).

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, sebelumnya pada Februari 2016 terjadi deflasi di level 0,09 mtm. Namun, terjadi peningkatan yang cukup jauh pada Maret 2016 menjadi 0,19 mtm yang merupakan tertinggi di setahun terakhir yang berada di level 0,05 persen mtm.

"Inflasi Maret 2016 sebesar 0,19 persen, lebih besar dari Februari yang 0,09 persen. Setelah diteliti, inflasi itu dari pangan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo seusai acara Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat, di Brebes, Senin (11/4).

Agus mengungkapkan, dari tiga komponen inflasi, inflasi inti masih relatif stabil dan inflasi dari komponen administered prices juga rendah karena harga bahan bakar minyak (BBM) yang turun. Sehingga, yang menyebabkan tingginya inflasi pada Maret adalah dari pangan dan yang paling memengaruhi adalah harga bawang merah.

"Ketika diteliti, dari 0,19 persen mtm,  0,16 mtm nya dari bawang merah karena bawang merah di Maret kenaikan harganya sampai 30,86 persen dan bobotnya 0,66 makanya tinggi. Selanjutnya yaitu cabai," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Agus, komoditas bawang dan cabai jika tidak dijaga stabilitas harganya, maka inflasi nasional akan terpengaruh. Dengan adanya program Sinergi Aksi Untuk Ekonomi Rakyat yang merupakan kerja sama berbagai kementerian, lembaga, dan instansi, pihaknya mengharapkan hal ini dapat menekan inflasi.

"Dengan sinergi seperti ini, semua akan melakukan upaya mulai dari persiapan tanam, teknologi, tata niaga, sampai pascapanen dan ini bisa membuat semua lebih efisien. Hasilnya langsung bisa kelihatan dalam enam bulan," ujarnya.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Arief Hartawan menambahkan, untuk inflasi pada April 2016, dikhawatirkan musim El Nino akan membuat pergeseran panen beras. Hal ini akan berpengaruh pada musim tanam bawang. Sebab, lahan untuk menanam bawang sama dengan lahan padi.

"Kalau beras belum panen, belum bisa tanam bawang. Kalau cuaca kayak gini, bawang kurang bagus. Ini selalu jadi isu produksi. Enggak bisa disimpan dalam jangka waktu lama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement