Rabu 30 Mar 2016 19:04 WIB

Pembangunan Infrastuktur Listrik Sesuaikan Kondisi Geografis

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Alat tenaga surya (solar sel).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Alat tenaga surya (solar sel).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah mendorong pembangunan infrastuktur listrik di Indonesia bagian timur. Artinya, pembangunan infrastuktur listrik tak lagi hanya fokus di Indonesia barat saja. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjelaskan bahwa untuk pembangunan di Indonesia timur akan menyesuaikan dengan kondisi geografis dan potensi energi baru terbarukan yang ada di sana, yakni energi matahari (solar).

Sudirman menilai, energi matahari diyakini akan mampu menyelesaikan problematika kelistrikan di sejumlah daerah di Indonesia yang memiliki kondisi geografis sebagai kepuluan.

"Di India, di pemukiman dipasang solar cell, sisa listriknya dibeli oleh PLN-nya. Nanti di Indonesia Timur harus seperti itu. Jadi tidak hanya mengonsumsi listrik tapi juga memproduksi karena Indonesia Timur mau tak mau harus desentralisasi,tidak bisa jaringannya sentralistik seperi sekarang," kata Sudirman, saat membuka diskusi di Kantor CSIS, Rabu (30/3).

Rencana pengembangan infrastuktur ke bagian timur Indonesia ini lantas mengubah skema jaringan listrik yang dimiliki oleh PT PLN (persero) menjadi lebih terbesar atau terdesentralisasi. "Basis jaringan lama adalah elektro mekanis yang baru digital, smart grid. Yang lama 1 arah sementara yang baru 2 arah dan rumah menyuplai juga. Ini hanya mungkin kalau kita menggunakan tekno maju," kata Sudirman.

Ia menambahkan, untuk menuju desentralisasi pengembangan listrik di Indonesia maka pihaknya akan memaksimalkan penggunaan teknologi dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber energi. Ia menilai bahwa pemanfaatan pemerintah bakal mendorong adanya peningkatan di sisi Sumber Daya Manusia (SDM) demi meningkatkan inovasi dan kreativitas.

"Banyak literatur yang membayangkan Indonesia 2045 tidak lagi digerakan SDA (Sumber Daya Alam) tapi yang mengemuka adalah SDM, inovasi, dan kreativitas. Di sini peran teknologi jadi penting. Jembatan SDA jadi lebih bernilai karena teknologi," ujar Sudirman.

Ia beranggapan, Indonesia bisa lebih maju dalam pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik. Meski Indonesia masih terbilang tertinggal dibanding negara lain di dunia, ia optimistis Indonesia bisa memanfatkan teknologi untuk menjawab kebutuhan energi.

"Pandangan saya tentang teknologi, jelas skali ada ketidaksiapan kita dalam menghadapinya. Di energi kita harus punya visi ke depan dan adaptasi tekno harus dilakukan supaya tidak terjadi di transportasi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement