REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada sore ini (Kamis, 24/3) melemah 71 poin menjadi Rp13.261 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.190 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menagatakan bahwa komentar yang optimis dari pejabat bank sentral AS (The Fed) menempatkan investor waspada untuk kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) dalam waktu dekat. "Beberapa pejabat The Fed telah menyatakan pandangan yang menyarankan untuk kenaikan suku bunga terlepas dari volatilitas yang dari pasar keuangan global," katanya di Jakarta, Kamis (24/3).
Ia menambahkan meski pembuat kebijakan bank sentral AS membagi jumlah kenaikan suku bunga diproyeksikan pada tahun 2016 menjadi dua kali dari sebelumnya empat kali, dolar AS masih mejadi salah satu tujuan investor untuk menjaga nilai aset. Selain itu, keberadaan mata uang dolar AS yang lebih kuat juga menekan harga minyak mentah dunia sehingga nilai tukar berbasis komoditas cenderung terdepresiasi.
Di sisi lain, lanjut Lukman, laporan yang menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat yang melonjak kembali menambah kekhawatiran investor terhadap harga minyak. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (24/3) sore ini, berada di level 39,09 dolar AS per barel, turun 1,76 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 39,80 dolar AS per barel, melemah 1,66 persen.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (24/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.250 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 23/3) Rp 13.167.