REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank-ADB) mengalokasikan dana pinjaman untuk Indonesia senilai dua miliar dolar per tahun atau sekitar Rp 27 triliun. Dana tersebut ditujukan untuk menyokong agenda pembangunan di Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlangsung.
Vice President for Knowledge Management and Sustainable Development Bambang Susantono menerangkan, dana tersebut berpeluang masuk ke berbagai sektor pembangunan nasional. Jenis dana pinjaman berupa Pinjaman Proyek, Pinjaman Program dan Result Based Loan.
"Tinggal lihat Indonesia bisa menyerap dana itu dari sektor mana," kata Bambang kepada Republika.co.id di sela-sela acara Indonesia's Economy Outlook in 2016: Surving on The Waves of Global Uncertainty pada Rabu (23/3). Project loan, lanjut dia, dapat dialokasikan untuk pembiayaan proyek pembangkit listrik atau irigasi.
Sedangkan penyaluran Pinjaman Program bisa ditujukan untuk membiayai agenda perubahan kebijakan termasuk paket-paket ekonomi. ADB siap memberikan data dan sejumlah analisis soal kebijakan ekonomi serta masukan perbandingannya dengan yang dilakukan negara lain.
Jenis punjaman terakhir yakni Result Based Loan yang merupakan dsna reimburse ketika Indonesia selesai membangun suatu proyek. "Indonesia jadi yang pertama di dunia yang dipercaya melakukan pinjaman jenis ini, untuk pembangunan berbasis energi termasuk energi terbarukan," katanya.
Di 2016, Indonesia perlu mempertahankan sikap responsifnya terhadap perubahan ekonomi global yang masih berada di situasi tidak pasti. Sebab di sana ada peluang yang mesti ditangkap dan harus diterjemahkan dalam kebijakan cepat. Di sisi lain, kewaspadaan juga harus ditingkatkan menghadapi perubahan iklim. Itu semua akan memengaruhi ekspor dan demand dari negara luar ke Indonesia.