Jumat 11 Mar 2016 15:12 WIB

Jokowi Akui Sektor Energi dan Pangan Belum Dikelola Secara Maksimal

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan kuliah umum pada Sidang Senat Terbuka Lustrum VIII Universitas Sebelas Maret di auditorium universitas setempat , Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/3).
Foto: Antara/Maulana Surya
Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan kuliah umum pada Sidang Senat Terbuka Lustrum VIII Universitas Sebelas Maret di auditorium universitas setempat , Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui Indonesia belum menggarap secara maksimal sektor energi dan pangan. Padahal, kedua sektor tersebut menjadi modal penting dalam menghadapi era persaingan global.

Jokowi menyebut, jumlah penduduk dunia pada 2043 akan mencapai 12,3 miliar. Pada saat itu, kata Jokowi, dunia akan memperebutkan dua hal yakni energi dan pangan.

"Keuntungan kita dibanding negara lain, kita punya energi fosil, energi baru terbarukan, pangan juga kita punya. Tapi, belum dikelola dengan baik," kata Jokowi di Universitas Sebelas Maret (UNS), berdasarkan siaran pers Tim Komunikasi Presiden, Jumat (11/3).

Jokowi mencontohkan, di sektor pangan, Indonesia memiliki lahan siap tanam di Merauke, Papua, yang sangat luas. Bahkan, bisa menutupi kekurangan stok beras yang acapkali terjadi.

"Kalau 4,2 juta hektar lahan di Merauke ditanam padi sudah melebihi produksi nasional kita pada satu kali panen," ucapnya.

Di sektor energi, Indonesia juga memiliki hampir semua sumber daya alam dan energi baru terbarukan yang bisa dimanfaatkan di masa mendatang, hanya saja belum dikelola dengan baik. "Karena strategi manajemen ekonomi tidak dirancang dengan baik. Ini masalah manajemen pengelolaan," kata Jokowi.

Baca juga: Jokowi Pertanyakan Serapan Bulog Minim Saat Panen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement