REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (7/3), pagi bergerak menguat sebesar 70 poin menjadi Rp 13.061 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.131 per dolar AS.
"Meski angka data pertambahan tenaga kerja nonpertanian AS naik melebihi ekspektasi pasar, dolar AS mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah. Peluang kenaikan suku bunga AS yang menipis menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin (7/3).
Rangga menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali melanjutkan penguatan menambah sentimen positif bagi mata uang komoditas, termasuk rupiah terhadap dolar AS. Dari dalam negeri, lanjut Rangga, stabilitas perekonomian masih akan terjaga seiring dengan beberapa data penunjang ekonomi yang telah diumumkan mengalami perbaikan.
"Kombinasi antara membaiknya prospek pertumbuhan domestik, menipisnya peluang bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuannya, serta naiknya harga komoditas masih menjadi pemicu utama penguatan rupiah," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelaku pasar diharapkan tetap waspada menjelang pengumuman data cadangan devisa Cina. Penguatan mata uang rupiah dapat terhalangi oleh sentimen Cina jika data yang dirilis tidak sesuai dengan harapan pasar.