REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meluncurkan produk reksa dana syariah berbasis efek luar negeri (offshore), Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) akan fokus menggarap pasar Asia Pasifik. MAMI melihat Asia Pasifik menawarkan potensi pertumbuhan jangka panjang yang lebih menarik dibanding pasar yang sudah maju.
Direktur Investasi MAMI, Alvin Pattisahusiwa menjelaskan, produk reksa dana syariah Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (Mansyaf) ini memang fokus menggarap pasar Asia Pasifik karena pasar yang sudah maju cenderung sudah jenuh.
Asia Pasifik dipilih karena masih menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik. Asia Pasifik memiliki populasi yang mencapai 60 persen dari total populasi dunia yang dominansi kelompok usia produktif, kelas menengah yang diprediksi tumbuh rata-rata lima persen per tahun, dan kontribusi Asia terhadap PDB global yang akan melebihi 50 persen pada 2050.
Untuk produk Mansyaf, MAMI akan menempatkan dana kelolaan di 11 negara Asia Pasifik dengan indek acuan FTSE Sharia Asia Pacific Ex Japan Index. Dengan acuan itu, porsi terbesar ada di Hong Kong dan Korea Selatan, lebih dari 50 persen. Kemudian disusul Taiwan, Australia, India dan negara-negara ASEAN.
Pasar Hong Kong dinilai penting untuk bisa mengakses pasar Cina lebih luas. Sebab Cina sendiri memberlakukan aturan lebih ketat bagi investor asing. Investasi ke Cina masih dinilai menarik karena proses pemulihan ekonomi Cina sedang berlangsung.
Selain Cina, India juga termasuk yang potensial. India bisa jadi alternatif jika terjadi perubahan situasi pasar Cina. Alvin membenarkan akses masuk ke pasar India tidak mudah, termasuk di sisi perpajakan. ''Tapi PDB India termasuk yang terbesar dengan pertumbuhan antara 7-8 persen 2016-2017 serta potensi pertumbuhan laba perusahaan di sana juga menarik 18-19 persen di 2016 dan 17,5 persen pada 2017. Ini yang paling tinggi di antara pasar lain,'' kata Alvin dalam peluncuran produk Masyaf di Kantor Manulife, Rabu (17/2).