Rabu 10 Feb 2016 15:29 WIB

Kereta Nasional Didukung Asosiasi Industri Penunjang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pekerja menyelesaikan pembangunan rel kereta api khusus petik emas di Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Jumat (22/1).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja menyelesaikan pembangunan rel kereta api khusus petik emas di Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Jumat (22/1). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah dan seluruh pemangku industri kereta api di Indonesia melakukan langkah konkrit untuk mendukung pertumbuhan, dan pengembangan industri perkeretaapian nasional. Langkah ini ditandai dengan terbentuknya wadah komunikasi dan partnership melalui Asosiasi Industri Penunjang Perkeretaapian Indonesia.

Ketua Asosiasi Industri Perkeretaapian Indonesia Tony Budi Santoso mengatakan, industri kereta api dan komponen kereta api sebenarnya sudah tumbuh di Indonesia namun masih terpisah-pisah dan belum memiliki wadah asosiasi. Menurutnya, melalui wadah asosiasi ini dapat membantu mendukung program pembangunan infrastruktur konektivitas di jalan darat dan penyediaan moda transportasi massal yang efisien.

"Kami bersama dengan pemerintah akan menjawab tantangan yang besar di industri kereta api, agar kami bisa berpartisipasi untuk kebutuhan pasar di Indonesia," ujar Tony di Jakarta, Rabu (10/2).

Tony mengatakan, melalui wadah asosiasi tersebut diharapkan ada keterlibatan industri kereta api lokal dalam program pembangunan jalur kereta api yang dicanangkan oleh pemerintah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Menurut Tony, kemampuan industri kereta api di dalam negeri harus disinergikan agar mampu bersaing dengan produk asing sehingga pada akhirnya dapat menekan impor.

Tony menjelaskan, industri kereta api nasional sebenarnya sudah bisa memproduksi beberapa komponen seperti bogie maupun kursi-kursi penumpang. Bahkan, beberapa industri komponen tersebut berada di skala industri kecil dan menengah. Namun, komponen tersebut harus disesuaikan standarnya agar tidak kalah saing dengan produk pabrikan besar.

"Kami akan menyusun roadmap untuk membuat standar-standar tertentu agar kualitas produk bisa terjaga dan berdaya saing," kata Tony.

Menurut Tony, saat ini Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di industri kereta api sudah mencapai 60 persen. Sejauh ini, komponen yang masih diimpor yakni roda dan mesin karena produksinya membutuhkan teknologi tinggi. Tony mengatakan, dalam waktu sepuluh tahun ke depan tidak menutup kemungkinan mesin dan roda kereta api bisa diproduksi di dalam negeri melalui skema kerja sama dengan perusahaan asing sehingga terjadi transfer teknologi. Dalam dua tahun ke depan diharapkan kandungan lokal di industri kereta api bisa naik menjadi sekitar 80 persen.

"Dimulai dari pembuatan roda dulu biar nggak impor terus, karena setiap tahun kereta api selalu ganti roda," ujar Tony.

Sekitar 90 persen bahan baku yang digunakan oleh industri kereta api dan komponen kereta api berasal dari dalam negeri. Bahan baku utama yakni baja sudah bisa dipenuhi melalui Krakatau Steel. Dengan ketersediaan bahan baku di dalam negeri, maka industri kereta api dan komponen kereta api dapat menekan biaya produksi dan memiliki harga serta kualitas yang bersaing.

"Produk kami belum tentu kalah sama Cina, kami juga punya produk yang diekspor ke Amerika Serikat dengan kualitas yang lebih bagus dari Cina dan harganya bersaing," kata Tony.

Terkait dengan proyek pembangunan kereta api cepat, Tony mengatakan, industri kereta api lokal bisa menyumbang sekitar 40 persen. Salah satu komponen yang bisa disumbang oleh produk anak bangsa untuk proyek tersebut yakni bogie maupun interior kereta api. Tony mengakui, untuk merambah ke teknologi tinggi industri kereta api dalam negeri masih belum mumpuni. Namun, untuk peningkatan kecepatan kereta api dari 120 kilometer per jam menjadi 200 kilometer per jam industri kereta api dalam negeri sudah mampu melaksanakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement