REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia melalui PT Industri Kereta Api (INKA) mulai mengekspor gerbong kereta penumpang ke Bangladesh. Program ekspor ke Bangladesh ini menjadi salah satu wujud penetrasi dan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional yang belakangan selalu digaungkan pemerintah.
INKA bisa memperluas pasar ekspor setelah mendapatkan pembiayaan modal kerja dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank sebesar Rp 270 miliar. Penandatanganan pembiayaan tersebut telah dilakukan pada Selasa (9/2) di Jakarta. Adapun alokasi dana yang disediakan Indonesia Eximbank sebesar Rp 300 miliar hingga 31 Desember 2016.
Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Ngalim Sawega mengatakan, pembiayaan ekspor ini diberikan berdasarkan mandat Keputusan Menteri Keuangan No. 1156/KMK.08/2015 untuk menyalurkan fasilitas kepada badan usaha yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam memproduksi gerbong penumpang kereta api yakni PT INKA.
Dia menjelaskan pembiayaan ekspor tersebut menggunakan skema penugasan khusus eskpor atau NIA (National Interest Account). "Pembiayaan ekspor ke negara pasar non-tradisional kalau dilakukan secara komersial kurang feasible dan berisiko," kata Ngalim melalui siaran pers, Rabu (10/2).
Pemilihan Bangladesh sebagai negara tujuan ekspor gerbong kereta karena negara tersebut memiliki proyek pembangunan perkeretaapian yang berkelanjutan. Dengan jumlah populasi mencapai 158 juta jiwa, kebutuhan moda transportasi masal yang efisien, cepat, dan aman seperti kereta api semakin dibutuhkan oleh Bangladesh.
Ngalim mengatakan, negara pesaing utama Indonesia dalam proyek ini adalah India dan Tiongkok yang menawarkan harga kompetitif. Kedua negara tersebut juga didukung penuh oleh Eximbank masing-masing negara.
"Karena itu, dukungan pemerintah melalui Indonesia Eximbank sangat penting karena sulit bagi Indonesia berkompetisi apabila melalui skema komersial," ujarnya.
Program ekspor gerbong kereta ke Bangladesh ini diyakini akan memiliki efek berganda bagi perekonomian nasional. Sebab, industri-industri besar lainnya akan kecipratan pekerjaan dalam memasok kebutuhan pembuatan gerbong. Misalnya industri baja, industri pengecoran, industri komponen kereta, industri permesinan, dan puluhan industri lainnya yang bergerak dalam bidan perlistrikan.
"Proyek ini strategis karena didukung industri kecil menegah dan beberapa BUMN terkait antara lain PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Barata (Persero), PT Pindad (Persero) dan PT LEN (Persero)," ujar Ngalim.