REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - PT Pertamina (persero) masih bertahan di tengah tren penurunan harga minyak dunia yang masih berlanjut hingga kini. Salah satu yang menopang kerbelanjutan operasi Pertamina di hulu adalah produksi minyak yang diperoleh di lapangan luar negeri, yakni di Malaysia, Algeria, dan Irak.
Di saat biaya produksi untuk satu barel minyak bumi di berbagai belahan dunia lebih tinggi dibanding harga minyak saat ini, termasuk Indonesia, ternyata biaya produksi satu barel minyak di Algeria justru lebih rendah.
VP Corporate Pertamina Wianda Pusponegoro mengungkapkan, biaya produksi minyak di Algeria untuk satu barel minyak sebesar 9 dolar AS sampai 10 dolar AS per barel. Dengan angka ini masih menguntungkan di saat harga minyak dunia jatuh ke level sekitar 30 dolar AS seperti saat ini.
"Kondisi harga crude saat ini justru bisa jadi penolong, karena kita tahu dengan reserved masih sangat besar, biaya produksi juga rendah. Kita juga bisa tingkatkan produksi dari 15 ribu barel per hari mencapai sekitar 29 ribu barel oil ekuivalen per hari. Jadi ini tunjukkan bahwa ternyata lapangan migas kita sudah bisa membuahkan hasilnya," kata Wianda, di Jakarta, Jumat (5/2).
Bahkan, kata dia, di salah satu blok migas yang ada di Algeria, Pertamina memiliki participating interest hingga 69 persen. Secara total, seluruh blok yang ikut dioperatori oleh Pertamina berhasil menyumbang 29 ribu barel setara minyak per harinya.
"Ini tunjukkan bahwa mudah-mudahan Algeria bisa jadi pembuka atau contoh buat lapangan kita kayak di Irak dan Malaysia," kata Wianda.