REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan, perjanjian perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP) dapat menjadi jembatan bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Pasalnya, penetrasi produk-produk andalan Indonesia dapat dengan mudah dilakukan di pasar global.
"Negara-negara Asia yang anggota TPP akan mengambil alih ekspor dan kita akan kalah saing. Sebagai contoh kita ekspor ke Amerika Serikat kena biaya antara 27 sampai 40 persen, sedangkan Vietnam sudah nol persen," ujar Bachrul kepada Republika, Jumat (5/2).
Menurut Bachrul iklim investasi di Indonesia akan semakin menarik karena arus barang untuk masuk ke pasar global lebih mudah. Selain itu, dengan bergabungnya Indonesia ke TPP dapat meningkatkan daya saing dan ekspor produk manufaktur Indonesia ke pasar global. Jika Indonesia tidak gabung dengan TPP, maka ekspor produk manufaktur akan sulit. Tak hanya itu, ekspor produk alam seperti perikanan juga akan terhambat.
"Kita ingin perekonomian kita bisa menjadi bagian dari globalisasi, oleh karena itu kita perlu kompetitif," kata Bachrul.
Bachrul mengatakan, saat ini pemerintah masih melakukan kajian terhadap kesiapan Indonesia untuk ikut bergabung dengan TPP. Pemerintah masih akan melakukan hitung-hitungan cost and benefit dari perjanjian perdagangan tersebut.
Bachrul menjelaskan, proses ratifikasi TPP saat ini masih terus berjalan dan dibutukan waktu antara dua sampai tiga tahun. Setelah proses ratifikasi selesai, maka TPP bari bisa diimplementasikan dengan mengundang negara-negara yang tertarik untuk bergabung.