REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk telah mengantisipasi pengetatan likuiditas perbankan di tahun 2016. Pengetatan dana yang ada di pasar ini sudah termasuk dalam rencana strategis bisnis bank BTN.
"Pengetatan likuiditas di tahun 2016, BTN sudah mengantisipasi. Tentu persaingan khususnya terhadap dana murah pasti lebih kompetitif. Namun ada baiknya, pertama kita lihat dari sisi kekuatan BTN dimana spending officer kita yang sudah siap menggempur bisnis. Lalu relationship manager kita tahun 2014 dan 2015 sudah diperkuat tim commercial funding," ujar Direktur BTN, Irman Zahirudin, Kamis (4/2).
Menurutnya, kedua strategi itu telah memperkuat hubungan BTN dengan lembaga dan pemerintah. Selain itu, pihaknya juga akan terus memonitor tabungan perumahan rakyat.
"Juga mengenai inisiatif-inisiatif kita di cabang, produk-produk kita yang BTN hari ini masuk dalam bisnis digital banking, dimana di 2016 beberapa inisiatif sudah kita lakukan. Juga program-program kita seperti FLPP juga sangat membantu dalam pendanaan BTN," jelasnya.
Berdasarkan data BTN, sepanjang tahun 2015, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN tumbuh sebesar 19,97 persen dari periode sebelumnya yang Rp 106,7 triliun menjadi Rp 128 triliun. Perolehan dana pihak ketiga perseroan ini juga berada di atas rata-rata industri nasional yang berada hanya pada kisaran 7,70 persen.
Irman mengatakan, di tahun 2016 ini BTN tetap optimis dana pihak ketiga akan tumbuh sekitar 18-19 persen. Sementara untuk dana murah atau current account saving account (CASA) 2016, yang pada tahun 2015 meningkat menjadi 47,56 persen ditargetkan akan tumbuh menjadi 51 persen di 2016.
"Kita sedang mempersiapkan semuanya, khusus untuk meningkatkan CASA, meningkatkan giro yang mana kita sudah melakukan kerjasama-kerjasama dengan beberapa perusahaan corporate, BUMN maupun juga dari kementerian termasuk di bidang pendidikan," ujarnya.