REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum dapat dimanfaatkan untuk membantu peningkatan ekspor karena masih tergantungnya Indonesia terhadap ekspor komoditas mentah.
"Sekarang ini, kalau seandainya Indonesia ekonominya mengandalkan lebih kepada komoditas mentah, itu memang kondisi nilai tukar tidak terlalu memberikan manfaat kepada peningkatan ekspor," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di sela-sela gelaran Mandiri Economic Forum di Jakarta, Selasa (27/1).
Menurut Agus, apabila Indonesia telah memiliki proses produksi untuk penambahan nilai barang-barang ekspor yang cukup dalam, maka kinerja ekspor akan terbantu dengan kondisi nilai tukar yang sekarang.
"Jadi memang kuncinya, kita harus bisa melakukan peningkatan nilai tambah bagi produk-produk yang dihasilkan di Indonesia dan fokus ekspor ke suatu 'global value chain'," ujar Agus.
Ia menuturkan, ke depan, harga komoditas masih akan terus tertekan dan Indonesia sebagai negara yang masih mengandalkan eksopr komoditas mentah harus memberikan perhatian terhadap masalah tersebut.
"Indonesia harus melakukan eksplorasi pasar yang baru dan juga upaya untuk meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri. Saya rasa ini adalah kunci supaya kita punya ekspor yang lebih baik," kata Agus.
Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp 13.865 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.879 per dolar AS.
BAca juga: Kurs Rupiah Menguat Jadi Rp 13.865 per Dolar AS