REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rendahnya harga minyak dunia yang masih terjadi hingga saat ini, dan diperkirakan masih berlanjut hingga dua tahun ke depan, dinilai merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk menghapuskan produk bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.
Ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai dengan harga minyak dunia yang mencapai titik terendah dalam 12 tahun belakangan ini, sudah saatnya premium dengan kadar oktan 88 harus dihapuskan.
"Tapi kita tidak seluruhnya menikmati (penurunan harga minyak dunia), karena walaupun sudah diturunkan harga premium itu sekarang Rp 7.050. Premium itu kan RON 88," kata Faisal Basri akhir pekan ini.
Faisal lantas membandingkan harga BBM di Indonesia dengan harga jual BBM di negara tetangga, Malaysia. Ia menuturkan, BBM berkadar RON 95 di Malaysia hanya Rp 5.916 per liter. Jadi, menurutnya tidak masuk akal jika premium yang kadar RON nya lebih rendah dihargai lebih mahal dibanding RON 95 di Malaysia.