REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (22/1) pagi bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp 13.874 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.906 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, Bank Sentral Eropa (ECB) yang memberikan sinyal kemungkinan penambahan stimulus keuangannya mendorong selera risiko pelaku pasar terhadap negara berkembang meningkat, situasi itu menjadi salah satu penopang laju mata uang rupiah. "Harapan tambahan stimulus dari Eropa itu juga membantu harga minyak mentah naik. Mata uang komoditas pun turut menguat mengikuti pergerakan harga minyak," katanya, Jumat (22/1).
Ia menambahkan, harga minyak mentah hampir kembali menyentuh level 30 dolar AS per barel. Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (22/1) ini, terpantau bergerak naik 0,64 persen menjadi 29,72 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,96 persen ke level 29,53 dolar AS per barel.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan nilai tukar domestik cenderung masih terbatas menyusul pelaku pasar yang sedang menanti pidato Gubernur The Fed Janet Yellen mengenai kebijakan moneter dan ekonomi di hadapan Komite Senat Perbankan pada tanggal 11 Februari dalam rangka laporan kebijakan semesteran bank sentral AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan, pelaku pasar uang masih optimistis terhadap kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) akan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. "Sentimen BI rate masih cukup mampu menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah bergerak stabil," katanya.