REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya risiko pasar saham global maupun emerging market akan kembali mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini. IHSG diperkirakan akan bergerak di teritori negatif.
"IHSG akan berada di kisaran support 4470 hingga 4540 sebagai resisten," kata Analis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Senin (18/1).
IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu berhasil tutup di teritori positif dalam rentang terbatas. Ini terjadi di tengah sentimen pasar kawasan Asia yang umumnya bergerak di teritori negatif.
Penguatan terbatas indeks, kata dia, terutama ditopang penguatan saham Astra International dan saham perkebunan. Di sisi lain saham perbankan terkoreksi terimbas sentimen negatif pasar kawasan.
Adapun selama sepekan terakhir IHSG koreksi 0,5 persen melanjutkan koreksi pekan sebelumnya 1 persen. Sementara pergerakan rupiah atas dolar AS sejak awal tahun ini juga cenderung melemah di Rp 13.886 dibandingkan posisi akhir tahun di Rp 13.795 per dolar AS.
David menambahkan, risiko pasar saham global dan kawasan sepekan terakhir cenderung meningkat. Namun, itu diimbangi dengan sentimen positif dari dalam negeri berupa kebijakan pelonggaran likuiditas oleh Bank Indonesia.
Hal itu membuat tekanan IHSG relatif terbatas bila dibandingkan pasar saham global dan kawasan. Akhir pekan lalu indeks The MSCI Emerging Market koreksi 2 persen dan selama sepekan anjlok 4,2 persen.
"Sejumlah faktor negatif telah memicu pemodal menghindari aset beresiko seperti ancaman perlambatan ekonomi global yang dikhawatirkan berdampak pada pemulihan ekonomi AS menyusul data ekonomi AS akhir pekan lalu kurang menggembirakan dan harga minyak mentah yang kembali anjlok hingga berada di bawah 30 dolar AS per barel," papar David.