Senin 18 Jan 2016 06:47 WIB

Sanksi Iran Dicabut, Bursa Saham Timur Tengah Anjlok

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Bursa saham Arab Saudi anjlok setelah sanksi nuklir terhadap Iran dicabut. Pencabutan sanksi berarti Iran dapat mulai mengekspor minyak ke negara-negara seluruh dunia, setelah sebelumnya dibatasi penjualannya ke beberapa negara, termasuk Cina dan India.

Iran berencana meningkatkan ekspor minyak dari satu juta barel menjadi 3,4 barel dalam tujuh bulan. Minyak Iran akan membanjiri pasar dan mendorong harga minyak ke level terendah dalam beberapa dekade. 

Ketakutan akan perang harga minyak antara dua negara produsen minyak terbesar di dunia, Iran dan Saudi, menyebabkan Indeks Saham Tadawul Saudi turun sebesar 5,4 persen. Sementara itu, saham di dua negara Teluk, Qatar dan Dubai, juga anjlok sebesar 7,2 persen dan 4,6 persen masing-masing. Indeks saham utama Abu Dhabi turun sebesari 4,2 persen.

Ketegangan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran berada pada titik terpanas setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr, pada awal bulan ini. Eksekusi tersebut memicu demonstrasi warga Iran di Kedutaan Arab Saudi di Tehran. Setelah itu Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.

Keputusan untuk mencabut sanksi terhadap Iran dikarenakan harga minyak telah berada di posisi terendah dalam 12 tahun. Satu barel minyak mentah Brent jatuh dari 110 dolar AS menjadi 29 dolar AS dalam 18 bulan.

Sejumlah bank investasi memprediksikan, harga minyak bisa anjok ke angka 10 dolar AS per barel, terendah sejak 1998. IMF mengatakan, Arab Saudi perlu mempertahankan harga minyak di angka 106 dolar AS per barel agar pengeluaran dan pendapatan dalam negeri bisa seimbang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement