Rabu 13 Jan 2016 18:21 WIB

PHK Massal Ancam Sektor Migas

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
phk (ilustrasi)
Foto: cbc.ca
phk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang pengurangan pegawai di sektor minyak dan gas bumi bisa lebih buruk pada tahun 2016 ini. Prediksi ini setelah harga minyak dunia semakin anjlok, bahkan di bawah 30 dolar AS per barel. 

Dengan harga minyak duni yang terus menurun, banyak perushaan migas nasional yang melakukan pengurangan investasi dan pembatasan proyek eksplotrasi dengan pengeboran. Akibatnya, pengurangan pegawai bisa jadi terus berlanjut sejak 2015 lalu. 

Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Alfi Rusin menilai, pengurangan pegawai terjadi tidak hanya di kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) namun juga dialami oleh perusahaan penyedia jasa perminyakan. Namun, Alfi mengaku tidak memiliki angka pasti berapa jumlah pekerja migas yang telah di-PHK selama 2015 lalu. 

"Tahun ini kayaknya lebih buruk dibanding 2015. Tahun lalu saja sudah ada PHK dengan harga minyak 50 dolar AS. Sekarang sudah 30 dolar AS," kata Alfi di Kantor SKK Migas, Rabu (13/1).

Ia menambahkan, pengurangan pegawai yang selama ini terjadi sudah cukup parah. Secara global, lanjutnya, sudah ribuan pekerja sektor migas yang terpaksa kontraknya tidak dilanjutkan. 

"Signifikan lah, waktu itu kan ratusan ribu sudah. Perusahaan minyak asing sudah panggil bule-buleny pulang. Signifikan lah pokoknya," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement