Senin 11 Jan 2016 17:04 WIB

Susi Pudjiastuti Adopsi Teknologi Terkini Kembangkan Perikanan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberi keterangan pers mengenai kapal ikan berbendera China yang ditemukan terdampar di perairan Indonesia di kantor KKP, Jakarta, Selasa (27/10).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberi keterangan pers mengenai kapal ikan berbendera China yang ditemukan terdampar di perairan Indonesia di kantor KKP, Jakarta, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjatah 23 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini sebesar Rp 13,8 triliun untuk belanja infrastruktur dan perlengkapan industri hilir perikanan seperti kapal pengawas laut termasuk pesawat terbang, kapal perikanan, galangan kapal, unit pembuat es, ruang pendingin, dan kapal pengolahan ikan.

"Anggaran itu digunakan untuk memaksimalkan ketersebaran sumber daya sektor kelautan dan perikanan menjadi lebih baik, terutama dalam hal mengoptimalkan pengelolaan rantai pasok," ujar Menteri KKP Susi Pudjiastuti, di Jakarta, Senin (11/1).

Selain itu, Susi mengatakan, saat ini infrastruktur perikanan yang tersedia dinilai masih kurang memadai. Ia menegaskan pihaknya akan berkomitmen dalam memperbaiki konektivitas antarpulau via pesawat terbang, kapal, gaiangan kapal, industri pengolahan perikanan dan ice dipake machine di Indonesia.

"Nanti 27 persen anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan dipergunakan untuk membiayai pembuatan pesawat patroli, kapal, mesin kapal penangkap ikan, ice flake machine, dan peralatan industri pengolahan ikan," kata dia.

Susi memanggil 12 negara untuk berbagi informasi teknologi terkini di bidang kelautan dan perikanan dan penjajakan kerja sama investasi. Acara ini dihadiri Duta Besar Negara Denmark. Norwegia, Kerajaan inggris, Rusia, pemakiian Kedutaan Besar Australia, Ceko, Perancis, Jerman, Jepang, dan Swiss. Swedia, dan Amerika Serikat serta pelaku usaha bidang pembuatan pesawat, kapal, mesin kapal, ice flake machine, dan peralatan mesin industri perikanan baik dalam maupun luar negeri.

Seluruh perwakilan 12 negara yang diundang memberikan paparan terkait teknologi terkini infrastruktur penunjang sektor kelautan dan perikanan, pertemuan konsultasi teknis dan pameran lima bidang usaha tersebut.

Kementerian, kata Susi, akan berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas dalam lingkup perikanan tangkap, pengawasan laut, sistem rantai dingin, dan industri pengolahan, seperti kapal pengawas laut, termasuk pesawat terbang, kapal perikanan, gaiangan kapal, unit pembuat es, ruang pendingin, dan kapal pengblahan ikan.

"Harapannya, pengadaan fasilitas-fasilitas ini akan memberikan manfaat yang besar khususnya terhadap nelayan kecil dan pelaku usaha perikanan secara umum, yang selanjutnya akan meningkatkan posisi daya saing bagi produk perikanan indonesia dan keberlanjutan sumber daya perikanan," katanya.

Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk menggenjot pembangunan industri hilir perikanan. Traavik mengatakan, Norwegia siap melakukan transfer teknologi apabila Indonesia mau bekerja sama dengan negaranya. Ia mengaku, dengan nilai ekspor perikanan sebesar 8,3 miliar dolar AS per tahunnya, serta pertumbuhan industri perikanan 8 persen per tahun, negaranya sangat potensial untuk mengembangkan teknologi.

"Kapal sudah dibangun di Batam. Dengan bahan bakar yang lebih irit. Di sana sudah ada beberapa kapal yang kerja sama dengan kami," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement