REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 oleh Bank Dunia menjadi tanda bahwa ekonomi pada tahun ini tidak akan berbeda jauh dengan tahun lalu. Ancaman perlambatan ekonomi masih akan menghantui banyak negara, khususnya negara berkembang.
"Revisi itu artinya ada pesimisme terhadap perbaikan ekonomi global," kata Heri kepada Republika, Kamis (7/1).
Heri mengatakan, belum membaiknya ekonomi global sudah tentu akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini tidak akan membaik lantaran masih melemahnya perekonomian sejumlah mitra dagang seperti Cina.
Selain itu, perekonomian Indonesia juga masih dihadapkan dengan anjloknya harga komoditas. Berdasarkan Bank Dunia, kata Heri, harga komoditas perekebunan akan terus menunjukkan tren penurunan hingga tahun 2025. Sedangkan harga komoditas energi masih akan rendah hingga 2018.
"Tahun ini masih sulit. Belum ada harapan perbaikan berarti dari tahun lalu," ujar dia.
Bank Dunia dalam laporan terbarunya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Ekonomi dunia diprediksi hanya mampu tumbuh 2,9 persen atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yakni 3,3 persen.
Baca juga: Presiden Sebut Penurunan Pertumbuhan Ekonomi tak Signifikan