Jumat 18 Dec 2015 18:00 WIB

Bank Indonesia Sebut Banyak Faktor Positif Perkuat Kurs Rupiah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
 Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan pergerakan nilai tukar tahun depan akan didorong oleh banyaknya faktor positif. Faktor tersebut berasal dari domestik maupun global yang akan menyebabkan nilai tukar rupiah stabil.

Berdasarkan kurs referensi JISDOR, nilai tukar rupiah ditetapkan di level Rp 14.032 per dolar AS pada Jumat (18/12), sedikit melemah dibandingkan posisi Kamis (17/12) di level Rp 14.028 per dolar AS. Sedangkan menurut Bloomberg, perdagangan rupiah semakin menguat sejak awal pekan. Pada Senin (14/12) rupiah ditutup di level Rp 14.123 per dolar AS, sedangkan pada penutupan Kamis menguat menjadi Rp 14.009 per dolar AS. Pada Jumat, perdagangan rupiah dibuka di level Rp 14.011 per dolar AS, dan pergerakannya terus menguat mencapai Rp 13.918 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, faktor global antara lain kenaikan suku bunga AS dan arah kebijakan AS yang semakin jelas akan mendorong nilai tukar ke arah positif.  "Itu globalnya positif dengan statement Fed kemarin bisa lebih kondusif ya dari pergerakan nilai tukar banyak faktor positif yang mendukung nilai tukar yang stabil," jelasnya kepada wartawan di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (18/12).

Dari sisi domestik, kata dia, inflasi tahun depan masih akan terkendali di kisaran 4,4 persen dan defisit transaksi berjalan di kisaran 2,6 persen dari PDB. Selain itu, stimulus fiskal dari berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk percepatan pengeluaran anggaran belanja modal kementerian dan lembaga. Pelonggaran kebijakan makroprudensial beruba penurunan GMW primer membuat likuiditas lebih longgar dan diharapkan meningkatan penyaluran kredit.

"Faktor utama yang mendorong arah nilai tukar stabil, inflasi, transaksi berjalan dan stabilitas makro terjaga. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan faktor global yang lebih bisa diprediksi dan kondusif dibanding sebelumnya," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement