Kamis 17 Dec 2015 06:12 WIB

Presiden Jokowi Sebut Kesenjangan Ekonomi Sudah Lampu Merah

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi  Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (keempat kiri),  menghadiri pembukaan Rapat Pimpinan TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (15/12). (Antara/Yudhi Mahatma)
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (keempat kiri), menghadiri pembukaan Rapat Pimpinan TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (15/12). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengingatkan tantangan utama yang dihadapi di dalam negeri adalah kemiskinan dan ketimpangan. Baik ketimpangan antar wilayah, maupun kesenjangan antara kaya dan yang miskin. “Ini adalah pekerjaan rumah besar kita,” ujar Presiden di hadapan pimpinan TNI, kemarin. 

Saat ini, kata Jokowi, telah terjadi distribusi kesejahteraan rakyat yang belum merata.  Ia mendapat informasi dari Bank Dunia bahwa gini ratio nasional atau tingkat ketimpangan sudah sangat menghawatirkan, yakni pada angka 0,41 pada tahun 2014.

Kesenjangan ini menunjukkan bahwa 50 persen lebih sedikit kekayaan bangsa Indonesia dikuasai oleh hanya satu persen rumah tangga. “Buat saya sudah lampu merah. Ini adalah sebuah kesenjangan, yang harus sedikit demi sedikit, tahap demi tahap kita selesaikan,” ujar Presiden.

Kesenjangan harus diselesaikan, bukan berarti pemerintah anti terhadap mereka yang kaya, tapi jangan sampai ada penduduk yang sangat superkaya. Tapi di sisi lain masih ada warga masyarakat yang untuk mendapatkan makan saja sulit. “Inilah sebuh gap yang sangat lebar yang harus mulai kita dekatkan dengan pendekatan-pendekatan, baik untuk anggaran maupun pendekatan-pendekatan di lapangan,” ucap Presiden.

Dalam pandangan Presiden, adanya kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan sosial jika terus dibiarkan akan menjadi berbahaya. “Akan ada kemungkinan akan menjadi bahan bakar bagi tumbuhnya konflik sosial, bagi tumbuhnya paham-paham separatisme, radikalisme, ekstrimisme, dan yang lebih kesana lagi terorisme,” ucap Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement