Senin 14 Dec 2015 20:55 WIB

Pengamat: Pendetailan Nama Program Pacu Kualitas dan Transparansi APBN

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kedua kiri), Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli (kedua kanan), Mensesneg Pratikno (kanan) dan Seskab Pramono Anung (kiri) memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdan
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kedua kiri), Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli (kedua kanan), Mensesneg Pratikno (kanan) dan Seskab Pramono Anung (kiri) memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listianto menyambut baik instruksi Presiden Joko Widodo kepada kementerian dan lembaga untuk membuat nama program dalam APBN 2016 lebih detail. Jokowi tidak ingin ada lagi program yang dibuat dengan kalimat bersayap.

Eko mengatakan, pendetailan nama program bisa mendorong transparansi dan kualitas belanja APBN. "Sangat bagus untuk transparansi. Setiap belanja yang dikeluarkan jadi ketahuan untuk apa saja," kata Eko kepada Republika, Senin (14/12).

Dia mengatakan, pendetailan ini juga memudahkan pengawasan dan evaluasi anggaran di setiap kemeterian dan lembaga. Jadi, apabila ada belanja yang tidak rasional dalam jumlah, Kementerian Keuangan dapat memangkas belanja tersebut dan mengalihkannya untuk kebutuhan belanja yang lebih produktif.

Dari sisi kualitas, kata Eko, hal ini juga akan mendorong setiap kementerian dan lembaga untuk membuat program yang mendetail sejak jauh-jauh hari. "Kementerian dan lembaga tidak bisa lagi membuat program asal-asalan di pertengahan jalan," ujarnya.

Instruksi pendetailan nama program disampaikan Presiden Joko Widodo dalam acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2016 di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/12). "Cek satu per satu, detail program jangan muncul lagi program yang tidak jelas yang tidak konkret, atau kalimatnya bersayap dengan kalimat absurd," kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement