Senin 14 Dec 2015 16:16 WIB

Penguatan Modal BPR Jadi Tantangan MEA

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Foto: blogspot.com
Masyarakat Ekonomi ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja perbankan di Provinsi Bali tumbuh positif sepanjang 2015.

Hal ini terlihat dari pengelolaan aset danpenyaluran kredit meningkat, salah satunya Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Kepala Kantor Perwakilan OJK Provinsi Bali, Zulmi mengatakan BPR Bali masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menyambut implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), khususnya dalam hal penguatan modal. Oleh sebabnya ia mengimbau peran aktif jajaran direksi hingga pengelola BPR tentang pengembangan usahanya.

"Penguatan modal diperlukan untuk mewujudkan industri BPR yang sehat, kuat, serta produktif," kata Zulmi di Denpasar, Senin (14/12).

Total aset BPR di Bali sepanjang 10 bulan terakhir tumbuh hingga 15,37 persen dari Rp 9,53 triliun menjadi Rp 10,99 triliun. Aset tersebut berasal dari dana pihak ketiga yang meningkat 11,32 persen dari Rp 5,91 triliun menjadi Rp 6,66 triliun.

Penyaluran kredit BPR di Bali meningkat 12,50 persen dari Rp 7,12 triliun menjadi Rp 8,01 triliun. Penyaluran kredit BPR terutama ke sektor produktif sebesar 63,25 persen atau Rp 5,07 triliun.

Kredit produktif tersebut terdiri dari kredit modal kerja Rp 4,07 triliun dan kredit investasi mencapai satu triliun rupiah. Lebih dari separuh kredit produktif tersebut menyasar pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Tingkat kredit macet atau nonperforming loan (NPL) BPR di Bali, kata Zulmi juga masih stabil sekitar 3,28 persen. Artinya, BPR masih memiliki ruang untuk menjalankan usahanya dengan prinsip kehati-hatian.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Dewi Setyowati menambahkan Bali memiliki 137 BPR yang terus bertumbuh secara kualitas dan kuantitas. Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) BPR perlu diberikan lebih banyak pelatihan, khususnya dalam penyajian laporan keuangan.

"Pelatihan berkesinambungan untuk SDM BPR diperlukan demi meningkatkan kompetensinya," ujar Dewi.

BPR dinilai tangguh menghadapi krisis ekonomi global sebab bisnisnya menyasar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam beberapa kali krisis ekonomi yang melanda Indonesia, UMKM menjadi penopang pertumbuhan utama di negara ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement