REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta menggenjot kinerja bagian hulu untuk menekan harga gas di hilir. Pemerintah dinilai harus bisa meningkatkan penemuan lapangan baru dengan menggalakkan eksplorasi.
Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah menjelaskan, pemikiran pemerintah mengenai penurunan harga gas harus diubah. Caranya, bukan dengan mengatur harga gas di hilir tetapi dengan menggenjot eksplorasi dengan menambah produksi.
Sammy menilai, produksi gas yang bertambah pesat otomatis akan menekan harga gas. Sammy mencontohkan kasus di AS yang harga gasnya berhasil turun dari kisaran 12 dolar AS per mmbtu menjadi 3 dolar AS per mmbtu. Penurunan ini bukan karena adanya intervensi harga dari pemerintah tetapi karena AS berhasil meningkatkan produksi dari shale gas. Jurus ini yang menurut Sammy harus diterapkan di Indonesia.
Sistem pengaturan harga dari pemerintah seperti saat ini juga dinilai memiliki risiko di masa yang akan datang ketika produksi gas dalam negeri menipis. Ketika harus impor nantinya, harga gas internasional tidak mungkin dengan mudah mengikuti penetapan pemerintah. Kondisi tersebut nantinya akan memaksa pemberian subsidi lagi seperti kasus bahan bakar minyak (BBM).
"Pengaturan di sektor hilir harga gas, tidak sehat bagi pengusaha produsen gas. Risikonya tinggi sekali. Artinya jika kita kalkulasi suatu proyek kita juga kalkulasi high return-nya. Nggak mungkin seorang pengusaha masuk ke bisnis high risk kalau nggak ada high return-nya. Mending masuk bisnis low risk, return-nya yang sudah pasti," jelas Sammy, usai menghadiri rapat umum tahunan IPA di Hotel Darmawangsa Jakarta, Rabu (2/12).
Sammy menekankan, pengaturan harga gas seperti saat ini tidak akan secara mudah memperbaiki iklim investasi di sektor migas.
"Kuncinya adalah di sana (eksplorasi) Itu yang paling sehat. Kita negara dengan kekayaan sebesar ini, bisa menggerakan eksplorasi, produksi gas sebanyak mungkin, harga otomatis turun," kata Sammy.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja menjelaskan, upaya menurunkan harga gas hingga 30 persen lebih murah akan dilakukan bertahap.
Menurutnya, penurunan harga paling besar akan disiasati dengan cara memotong penerimaan negara di sektor migas. Besarannya masih akan dievaluasi dari kisaran 1,5 dolar AS per mmbtu hingga 4 dolar AS per mmbtu tergantung pada bloknya.
"Itu yang diturunkan yang harga gas tinggi. Kalau harga gas di bawah 6 dolar tidak jadi fokus kita," kata Wiratmaja.
Dengan cara seperti ini, dipercaya harga gas bisa menurun hingga 30 persen. Risikonya penerimaan negara akan ikut anjlok, tetapi ia mengharapkan investasi akan lebih menggeliat. Selain itu, operator gas juga diminta melakukan efisiensi. Salah satu yang sudah diajak berdiskusi masalah tersebut, kata Wiratmaja, adalah PGN dan Pertamina.