REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ketua Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) Dahlan Said mengatakan produksi cengkih yang mencapai lebih dari 104 ribu ton lebih per tahun banyak digunakan untuk industri rokok. "Sekitar 93 persen cengkih petani guna keperluan pembuatan rokok, sedangkan tiga persen untuk lain-lain termasuk penyedap rasa dan kosmetik," ujarnya di Makassar, Senin (30/11).
Melihat hal ini, APCI pun berharap agar pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo menghentikan upaya peningatan biaya cukai 2016, khususnya melalui industri rokok. Karena ditakutkan dengan adanya peraturan ini, industri rokok akan memangkas produksi yang berpengaruh pada suplai cengkih dari petani. "Pasti akan ada penurunan bahan baku dari cengkih dan tembakau. Ini jelas berpengaruh pada hasil produksi petani yang diserap industri," papar Dahlan.
(Baca Juga: Petani Berharap Permen Impor Cengkih Dihapuskan).
Dahlan pun menyebut wajar adanya keinginan petani agar pemerintah segera mencabut Permendag untuk impor cengkih serta penghapusan kenaikan cukai rokok. Karena hal tersebut akan memperburuk kondisi percengkihan di Indonesia.
Ketua DPD APCI Sulawesi Selatan, Syahrir mengungkapkan, pihaknya terus memperjuangkan eksistensi industri hasil tembakau nasional meskipun regulasi nasional belum berpihak pada petani cengkih dan tembakau. Syahrir juga masih melakukan berbagai sosialisasi agar petani tidak mengurungkan niat untuk meningkatkan industri cengkih, sebagai penghasilan utama mereka.
"Cengki ini nilainya tinggi. Bisa disebut sebagai 'emas coklat' dari Indonesia. Apalagi Indonesia bisa disebut penghasil cengkih terbesar. Ini harusnya bisa dipertahankan pemerintah, bagaimanapun caranya," kata Syahrir.