REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (18/11) sore, bergerak melemah 82 poin menjadi Rp 13.828 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.746 per dolar AS.

"Tingkat inflasi Amerika Serikat yang pulih pada bulan Oktober menjadi kabar negatif bagi aset mata uang berisiko. karena data inflasi merupakan salah satu indikator utama bagi bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa inflasi AS naik 0,2 persen pada Oktober setelah sempat mengalami penurunan selama dua bulan beruntun. Hal itu memicu harapan perekonomian AS sudah cukup kuat untuk menjalani tingkat biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Ia menambahkan bahwa data aktual inflasi inti tahunan AS naik 1,9 persen juga sudah cukup dekat dengan target inflasi 2 persen, sehingga memupuk keyakinan investor terhadap rencana bank sentral AS akan menaikan suku bunga pada bulan Desember.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa pelaku pasar uang sedang fokus pada rilis pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang sedianya akan dipublikasikan nanti malam. Pasar mengharapkan ada petunjuk lebih rinci mengenai kenaikan suku bunga acuan the Fed.

"Tidak hanya waktu kenaikan suku bunga, pelaku pasar juga akan mencermati tahapan kenaikan suku bunga," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika