REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Permintaan emas global naik dalam kuartal ketiga. Kenaikan permintaan ini didorong oleh lonjakan pembelian AS, karena investor mengambil keuntungan dari merosotnya harga emas.
Dewan Emas Dunia (WGC) dalam laporan kuartalan terbarunya yang dirilis Kamis (12/11) menyebutkan, total permintaan emas mencapai 1.121 ton pada periode Juli-September 2015, meningkat delapan persen dibandingkan dengan kuartal ketiga 2014. "Cina dan India paling dominan di pasar emas global, mencapai hampir 45 persen dari total permintaan," kata kepala intelijen pasar WGC Alistair Hewitt.
Hewitt mengatakan Amerika Serikat mengalami pertumbuhan paling dramatis dalam permintaan untuk emas batangan dan koin pada periode pelaporan. "Permintaan perhiasan global juga meningkat (6,0 persen), dalam apa yang biasanya waktu lesu tahun ini," ujarnya menambahkan.
Harga emas merosot pada Juli 2015, mencapai tingkat terendah dalam lebih dari lima tahun di 1.072,35 dolar AS per ounce. Setelah berbalik naik (rebound) dalam beberapa pekan terakhir, emas pada perdagangan Kamis (12/11) kemarin kembali menuju ke terendah Juli, yakni merosot ke 1.074,08 dolar AS per ounce.
Pasar komoditas pada umumnya sedang dilanda kekhawatiran atas melemahnya perekonomian Cina dan karena dolar AS yang kuat membuat harga bahan baku dalam unit AS lebih mahal bagi pemegang mata uang saingannya. Namun di tengah penguatan dolar AS, WGC mencatat bahwa permintaan AS untuk emas batangan dan koin mencapai tingkat tertinggi dalam lima tahun, yakni mencapai 33 ton pada kuartal III 2015.
"Eropa juga melihat tingkat permintaan kuat di sektor investasi karena kekhawatiran seputar krisis atas utang Yunani dan Ukraina," kata lembaga yang berbasis di London, Inggris, ini dalam laporan kuartalan terbarunya.
WGC menambahkan bahwa bank sentral tetap melihat emas sebagai sumber permintaan signifikan, yang dipandang sebagai investasi aman di saat terjadi kekacauan ekonomi.