Selasa 27 Oct 2015 14:54 WIB

Dukungan Jokowi, Kemenangan Politik Obama

Obama dan Jokowi bersalaman di Gedung Putih
Foto: Reuters
Obama dan Jokowi bersalaman di Gedung Putih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama telah memenangkan dukungan Indonesia ihwal kesepakatan perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP).

Dalam pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Senin (26/10), Presiden Jokow Widodo mengaku memiliki niatan untuk bergabung dengan TPP. Pernyataan yang menurut media Inggris the Guardian berisiko menyulut kemarahan nasionalis di dalam negeri.

"Indonesia merupakan negara ekonomi terbuka, dengan populasi mencapai 250 juta jiwa. Kita merupakan ekonomi terbesar di negara Asia Tenggara," ujar Jokowi.

Saat ini sudah ada 12 negara yang bergabung dengan TPP, termasuk di antaranya Australia, Kanada, Jepang, Meksiko, Vietnam, dan negara pelopor Amerika Serikat. Sejumlah analis menyebut TPP bertujuan untuk menyaingi ekonomi Cina di kawasan.

Menurut the Guardian, dukungan Jokowi merupakan kemenangan politik bagi Obama. Selama ini pemerintahan Obama mencoba memperluas kesepakatan perdagangan bebas ini dengan negara-negara lain di kawasan pasifik.   Sebelumnya, Pemerintah Obama juga telah terlebih dahulu berhasil menggolkan pakta perjanjian TPP itu di Kongres.

Obama mengklaim TPP memiliki standar tenaga kerja dan lingkungan terbesar dari berbagai perjanjian perdagangan yang pernah ditandatangani AS sebelumnya.

Dalam perbincangan dengan Jokowi, Obama mengaku membutuhkan hubungan baik dengan Jakarta. "Tentu saja saya memiliki kepentingan personal dengan Indonesia. Saya menghabiskan beberapa saat di sana ketika kecil, dan saya memiliki saudara di Indonesia," ujar Obama.

"Namun yang juga tak diragukan, kerja sama kita juga merupakan kepentingan Amerika Serikat,  dengan jumlah populasi yang besar, kepemimpinan Indonesia di kawasan, tradisi demokrasi, dan fakta sebagai negara Muslim terbesar yang menjunjung toleransi dan sikap moderat, serta peran Indonesia di bidang perdagangan dan pengembangan ekonomi."

sumber : the Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement