REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, investasi padat karya pada periode Januari-September 2015 mengalami penurunan sebesar 13,4 persen. Penyebab menurunnya investasi belum diidentifikasi, karena masih akan dibandingkan terlebih dahulu dengan data pada periode sebelumnya.
Franky menjelaskan, investasi padat karya terdiri dari empat sektor yakni tekstil dan produk tekstil, kulit dan alas kaki, makanan dan minuman, serta mebel. Menurutnya, tidak semua investasi sektor padat karya tersebut mengalami penurunan.
"Investasi padat karya untuk tekstil masih positif sebesar 25,6 persen, mebel naik sebesar 102,6 persen dan yang mengalami penurunan yakni makanan dan minuman sebesar 40,6 persen serta kulit dan alas kaki sebesar 17,9 persen," ujar Franky di Jakarta, Kamis (22/10).
Melalui paket kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, Franky optimistis investasi padat karya di masa mendatang akan meningkat. Franky mengatakan, dengan adanya pemberian tarif diskon listrik dalam paket kebijakan jilid empat sudah memberikan angin segar bagi industrii padat karya.
Melalui kebijakan tersebut, sudah ada beberapa industri padat karya yang mengembalikan volume produksi seperti semula. Menurut Franky, BKPM akan memberikan usulan untuk mendorong investasi padat karya dalam paket kebijakan jilid 5 mendatang.
Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubis mengatakan, usulan yang disampaikan yakni pemberian tax allowance bagi industri padat karya yang ada di Pulau Jawa. Pasalnya, selama ini tax allowance hanya bisa diberikan kepada industri padat karya yang ada di luar Pulau Jawa. Menurutnya, mekanisme usulan ini akan diteruskan kepada Kementerian Keuangan sebagai pemegang kebijakan.