Senin 19 Oct 2015 06:46 WIB

Pemerintah Diminta Galakkan Jagung Sebagai Diversifikasi Pangan

Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.
Foto: Antara/Saiful Bahri
Petani memanen jagung, di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta kembali menggalakkan komoditas jagung sebagai salah satu pangan pokok alternatif melalui program diversifikasi atau penganekaragaman pangan. Direktur Corporate Engagement Monsantto Indonesia, Herry Kristanto menyatakan, sebelum konsumsi beras digalakkan di Indonesia, jagung adalah makanan pokok bagi beberapa daerah di Indonesia.

Hal itu, kata dia, terbukti dengan beragamnya sajian khas nusantara berbahan dasar jagung misalnya, salah satu masakan khas provinsi Jawa Timur adalah beras jagung atau nasi empok. "Oleh karena itu salah satu sumber pangan yang bisa kembali digalakkan konsumsinya adalah Jagung," katanya  di Jakarta, Ahad (18/10).

Herry menegaskan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggalakkan kembali konsumsi jagung sebagai makanan pokok alternatif, yang juga akan mereduksi ketergantungan terhadap beras. Beragamnya sajian khas dan produk olahan dari jagung, menurut dia, membuat bahan pangan ini menjadi bahan pangan yang prospektif untuk diversifikasi pola konsumsi masyarakat Indonesia.

Jagung juga termasuk bahan pangan yang penuh gizi, bahkan penderita diabetes disarankan untuk banyak mengkonsumsi tanaman yang berasal dari Meksiko ini. Meskipun, memiliki berbagai manfaat positif namun, Herry mengakui, masih ada penilaian bahwa bila makan jagung identik dengan masyarakat berpenghasilan rendah.

"Ini berakibat masih rendahnya konsumsi jagung nasional. Stigma yang sudah ada selama puluhan tahun di Indonesia inilah yang harus dirubah. Stigma ini juga yang membuat masyarakat kita terjebak dengan pola konsumsi beras," tutur Herry.

Salah satu cara merubah pandangan tersebut, kata Herry, yakni mempromosikan kembali warisan kuliner khas nusantara berbasis jagung. Solusi tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil dan sulit dilakukan, mengingat masakan khas nusantara berbasis jagung sangat beragam. Apalagi, sekarang, di berbagai kota besar di Indonesia sudah banyak berkembang komunitas gerakan hidup sehat.

Dengan promosi yang menggandeng komunitas hidup sehat ini, jagung dapat naik kelas dan stigma negatif makan jagung dapat dihapus. Selain dapat membantu diversifikasi pangan Indonesia, promosi ini di saat yang sama juga melestarikan sajian khas nusantara.

Pemanfaatan teknologi pangan dan pengemasan makanan yang lebih baik, menurut dia harus dilakukan supaya, makanan khas nusantara berbasis jagung dapat mengikuti tren yang ada sekarang dan masyarakat lebih tertarik mengkonsumsinya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement