REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meski laju indeks dolar AS di pasar spot global sedang mengalami pelemahan, namun tidak mampu membuat laju rupiah bertahan di zona hijaunya. Adanya rilis pelemahan data-data di Asia antara lain pelemahan export-import price KorSel hingga penurunan exports-imports Tiongkok berujung pada pelemahan sejumlah mata uangnya.
Tercatat indeks kurs USDAUD, USDCNY, USDSGD, USDHKD, dan beberapa lainnya menunjukan peningkatan yang menandakan mata uang dolar AS mengalami kenaikan atas sejumlah mata uang tersebut. "Rupiah pun akhirnya menyerah setelah mengalami kenaikan selama sepekan kemarin dengan kenaikan kurang lebih 8,4 persen. Hal ini membuat laju rupiah terimbas pelemahannya," kata kepala analis riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada, semalam.
Apakah imbas dari paket kebijakan I hingga III yang telah dirilis dan jelang pengumuman paket kebijakan IV yang akan dirilis masih dapat menopang rupiah? "Mungkin bisa namun untuk saat ini pelaku pasar lebih merespon sentimen yang ada di depan mata terkait dengan kembali melemahnya sejumlah mata uang Asia sehingga untuk sementara sentimen dari paket-paket tersebut dilewati," kata dia.
Sebelumnya Reza menyampaikan bahwa penguatan rupiah mulai tertahan dimana tidak sekencang beberapa hari sebelumnya. Meski laju rupiah masih terdapat peluang kenaikan seiring masih turunnya indeks dolar AS di pasar spot valas global namun, tetap harus dapat menyesuaikan dengan riil lapangan dan mencermati sentimen di pasar serta cermati jika mulai ada potensi pembalikan arah.
Dengan mulai adanya sentimen negatif maka akan dapat memicu pelemahan lanjutan pada rupiah jika pelaku pasar masih menghindari mata uang Asia. "Untuk itu, tetap harus mewaspadai kondisi riil lapangan dan mencermati sentimen di pasar serta cermati jika sinyalemen potensi pembalikan arah masih berlanjut," ujar Reza. Laju Rupiah di bawah target support 13.475. Rp 13.572-13.543 (kurs tengah BI).