Jumat 09 Oct 2015 11:13 WIB

BKPM Jaring Investasi 600 Juta Dolar AS dari Negeri Ginseng

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus berupaya menjaring minat investasi dari Korea Selatan. Caranya, dengan mendorong investor yang sudah beroperasi di Indonesia untuk melakukan perluasan, serta melakukan kegiatan pemasaran investasi, di Seoul, Korea Selatan.

Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan dari kegiatan tersebut dia mengidentifikasi adanya minat investasi baru sebesar 600 juta dolar AS. Minat tersebut berasal dari berbagai bidang usaha di antaranya bidang smelter feronikel sebesar 300 juta dolar AS, di bidang biomass sebesar 100 juta dolar AS dan di di sektor refinery produk CPO dan turunannya, serta di sektor industri pakan ternak dan pengolahan buah-buahan sebesar 200 juta dolar AS.

Franky menegaskan, BKPM akan terus mengawal minat-minat investasi yang telah disampaikan oleh investor asal negeri ginseng tersebut, agar dapat segera direalisasikan dalam pengajuan izin prinsip. Ia menilai, minat investasi tersebut dapat dikategorikan cukup serius karena mereka sudah memiliki bayangan lokasi investasinya.

Ia mencontohkan, industri refinery produk CPO yang sudah menjajaki kemungkinan untuk investasi di Sei Mangke. Industri pakan ternak dan pengolahan buah yang sudah menjajaki di Jawa Timur. Sedangkan industri feronikel menjajaki lokasi investasi di Sulawesi Tengah.

"Melalui tim marketing investasi wilayah Korea dan perwakilan BKPM di Seoul, akan mengawal agar investor tersebut dapat segera mengajukan izin prinsip," ujar Franky, Jumat (9/10).

Menurut data BKPM, pengajuan izin prinsip dari Korea Selatan pada semester I 2015 menunjukkan peningkatan sebesar 39 persen menjadi sebesar 1,48 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,06 miliar dolar AS. Demikian juga dengan angka realisasi investasi Korea Selatan, pada semester I-2015 juga menunjukkan peningkatan sebesar 20 persen menjadi sebesar 790 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 650 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement