REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, FX Sugiyanto menilai ada baiknya pemerintah segera menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini karena penurunan harga BBM dapat mengakselerasi kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah saat ini.
Penurunan harga BBM akan mendorong biaya transportasi menjadi lebih murah. Penurunan tersebut pun diharapkan juga bisa berpengaruh pada biaya produksi dan inflasi. “Saya pikir semakin cepat semakin baik jika penurunan harga ini segera dilakukan,” ujar Sugiyanto saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (7/10).
Dia menyarankan sebaiknya harga BBM yang diturunkan tidak hanya solar, tapi juga premium, avtur, dan minyak lain yang harganya juga turun di pasar dunia. Artinya, pemerintah jangan dulu mengambil keuntungan dari penjualan premium, solar, dan avtur. “Kalau pertamax bolehlah,” kata dia.
Besarnya harga penurunan tersebut dinilai tergantung dari ongkos produksi BBM. Untuk itu, ia menilai sudah sepatutnya PT Pertamina menyampaikan mekanisme perhitungan secara transparan, apalagi di tengah kondisi ekonomi seperti saat ini. “Ideal sekali kalau segera diturunkan,” ujarnya.
Penurunan harga BBM dinilai bisa memperkuat dan secara tidak langsung mampu mengurangi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia menjelaskan harga BBM yang murah lebih dari biasanya akan membuat masyarakat mampu menyimpan sebagian uang dan menggunakannya untuk kebutuhan lain. Peningkatan daya beli ini bisa menekan inflasi dan akan mendorong pengurangan biaya produksi dari perusahaan-perusahaan. Pengurangan biaya produksi akan bisa mengurangi jumlah PHK.
“Karena nanti perusahaan bisa meningkatkan daya saing dan daya beli dengan murah, akibatnya tingkat PHK pun menurun,” ujarnya.