Rabu 07 Oct 2015 08:11 WIB

Pemerintah Diminta tak Hanya Turunkan Harga Solar

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penjual melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di salah satu kios pengisian BBM Pertamini di Jakarta, Senin (2/2).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Penjual melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di salah satu kios pengisian BBM Pertamini di Jakarta, Senin (2/2).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi menyarankan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang seharusnya diturunkan bukan hanya solar, tetapi juga premium dan avtur. Pasalnya harga minyak mentah dunia yang merupakan bahan baku untuk BBM sedang turun.

"Semua patut diturunkan," ujarnya kepada Republika.co.id, kemarin.

Penurunan harga tersebut dapat dilakukan hingga mencapai level pokok Rp 6.600 per liter. "Jadi bisa turun Rp 800, meski terkesan kecil bisa langsung berdampak ke daya beli," ucap Kurtubi.

Sayangnya, hingga kini Pertamina hanya mengusulkan penurunan harga pada solar. Menurut Pertamina, penurunan harga solar merupakan langkah tepat untuk mendorong stimulus paket kebijakan III. Lain halnya dengan premium yang banyak dikonsumsi pribadi, solar lebih sering digunakan untuk transportasi dan industri.

Kurtubi mengatakan selain BBM, peluang penurunan harga bisa dialami oleh tarif dasar listrik (TDL) meningat harga batu bara dan gas juga turun. "Seharusnya tidak hanya harga BBM yang diturunkan, tapi juga TDL," kata pria yang juga dikenal sebagai pengamat energi ini.

Penurunan harga pada bahan bakar pembangkit listrik membuat biaya pokok listrik harusnya bisa juga diturunkan. Kalau ini dilakukan, situasi ekonomi Indonesia yang melemah dapat membaik. "Jika biaya-biaya energi ini bisa diturunkan, maka akan berdampak positif bagi perekonomian kita," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement