REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat peningkatan pertumbuhan kredit pada Agustus 2015 berdasarkan hasil survei uang beredar. Posisi kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Agustus 2015 tercatat sebesar Rp 3.914,3 triliun, atau tumbuh 10,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (9,6 persen yoy).
Akselerasi pertumbuhan kredit tersebut terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) yang meningkat.
Ekonom dari FE UI, Lana Soelistyaningsih, mengatakan, data peningkatan pertumbuhan kredit yang mengarah pada kredit modal kerja dan kredit ivestasi itu sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi. "Karena kalau kredit sudah membaik kemungkinan tiga bulan lagi ekonomi akan kelihatan pada kuartal empat akan lebih baik," kata Lana saat dihubungi Republika, Selasa (6/10).
Meski demikian, sinyal awal yang positif tersebut butuh dikonfirmasi lagi. Apakah akselerasi pertumbuhan kredit sebuah siklus atau untuk membayar utang yang lama.
Diharapkan, akselerasi tersebut menjadi konfirmasi perbaikan sentimen pengusaha untuk melakukan produksi. Namun, jika melihat kondisi saat ini daya beli masyarakat belum membaik biasanya pengusaha menunggu terlebih dulu sampai ada perbaikan di konsumsi. Pola peminjaman perusahaan akan melakukan kredit kalau produksinya ada yang beli.
Peningkatan di kredit modal kerja juga harus dilihat apakah berkaitan dengan kegiatan ekspor atau industri yang bahannya diproduksi dalam negeri. Dia masih mempertanyakan apakah akselerasi kredit karena siklus atau tanda-tanda perbaikan ekonomi.
"Tapi intinya perusahaan biasanya mau nambah kredit modal kerja kalau mau nambah produksi, dia melihat dulu kalau daya beli masyarakat sudah membaik. Saat ini sebetulnya daya beli masyarakat belum membaik," terangnya.
Menurutnya, akselerasi pertumbuhan kredit mestinya bakal mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun saat ini tidak konfirm dengan konsumsi yang lagi turun.
Sampai akhir tahun diperkirakan ada sedikit perbaikan kredit. Lana memproyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran 10,5 persen (yoy).
Pertumbuhan tersebut akan didorong sektor produktif manufaktur jika kredit modal kerja bisa dimaintain secara optimal. Selain itu, didorong sektor infrastruktur. Misalnya, kontraktor yang akan menjalankan proyek infrastruktur butuh pinjaman. Sedangkan sektor UMKM dinilai efek ekonominya tidak terlalu signifikan, karena skala ekonomi kecil.