Senin 28 Sep 2015 17:54 WIB

Dorong Kinerja Emiten, BEI Imbau Suku Bunga BI Diturunkan

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang karyawan mengamati pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada layar elektronik di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/7).
Foto: Republika/Prayogi
Seorang karyawan mengamati pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada layar elektronik di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengungkapkan Oktober nanti kinerja emiten bisa membaik. Asalkan, ada lima hal yang harus terpenuhi, termasuk penyesuaian BI Rate.

Saat ini, Tito menilai suku bunga Bank Indonesia (BI rate) masih terlalu tinggi. Ia mengimbau pemerintah agar bisa menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin.  

"Saya kembali mengimbau jarak antara BI rate dengan inflasi jangan lebih dari dua persen. BI Rate kalau bisa segera ditunkan menimal 0,5 persen, karena yang 7,5 persen itu ketinggian," katanya ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (28/9).

Menurutnya, meski saat ini inflasi masih berada di 2,9 persen sampai tiga persen, akhir tahun diperkirakan angkanya akan berada di bawah lima persen. Tentunya ini membuat selisih dengan BI rate terlalu jauh. Penyesuaian BI rate ini, katanya, akan menjadi satu hal yang memberikan dampak besar ke pasar modal.

"Kami sih imbau itu, tapi kami kan nggak boleh intervensi BI, itu hak BI," tambahnya.

Selain penyesuaian BI rate, ada empat hal lain yang bisa meningkatkan kinerja emiten. Dalam hal ini, ia kembali mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan target penyerapan anggaran belanja pemerintah hingga akhir tahun ini.

"Kan Pak Jokowi terus bilang 94 persen, kita kan masih percaya Pak Jokowi dan Menkeu, tolong dong kalo bisa 90 persen spending terus," ujarnya.

Kemudian, ia berharap supaya pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) bisa terjaga dengan baik. Menurutnya, dengan penyelenggaraan ini akan ada dana yang bergulir sebesar Rp 250 triliun.

Keempat, ia pun menyebut soal tax amnesty atau pengampunan pajak. Soal ini ia berharap akan bisa berjalan. Terakhir, menurut perkiraannya pada September ini, akan tetap ada 75 persen emiten yang mencatatkan keuntungan.

"Kalau lima ini terjadi, secara teori seharusnya Oktober sudah membaik, tapi beberapa hal di luar tangan kita terutama mengenai spending government dan BI Rate," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement