REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Assosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan, industri logistik sangat terpukul akibat pelemahan rupiah yang terus terjadi. Akibatnya, biaya transportasi naik sampai 40 persen.
"Kalau bisa tarif bongkar muat di dalam negeri pakai rupiah, jangan pake kurs dolar AS yang dirupiahkan," ujar Zaldi di Jakarta, Rabu (23/9).
Zaldi menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut mengakibatkan kegiatan impor di pelabuhan menurun sampai 50 persen. Bank Indonesia sebelumnya telah mengeluarkan peraturan untuk menggunakan rupiah dalam setiap transaksi keuangan. Namun, menurut Zaldi peraturan tersebut belum dijalankan dengan benar.
Zaldi menambahkan, biaya transportasi mengambil peranan yang cukup besar bagi industri logistik yakni sekitar 60 persen. Apabila pemerintah tidak segera memberikan solusi dan nilai dolar AS terus merangkak naik, maka biaya logistik akan semakin mahal. Biaya logistik yang tinggi akan memiliki multiplier effect pada mata rantai perdagangan sampai ke masyarakat.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik Freight Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Johan mengatakan, untuk transaksi freight ekspor tidak masalah dilakukan dengan dolar AS. Akan tetapi, handling di pelabuhan lokal di Indonesia harus dipastikan dalam rupiah.
Pemerintah diharapkan konsisten dalam menerapkan peraturan yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dalam hal ini, kontrol dan pengawasan dari pemerintah harus berjalan ketat.