Rabu 23 Sep 2015 07:58 WIB

Ada Tiga Ancaman Ekonomi Negara Berkembang Asia Jelang 2016

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Krisis Ekonomi (ilustrasi)
Foto: ©hangthebankers
Krisis Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asia Development Bank (ADB) mengingatkan, ada tiga risiko yang akan terus terjadi pada perekonomian di negara berkembang Asia, jika tak upayakan mitigasi sampai tahun depan. Salah satunya, risiko pelemahan nilai tukar yang dapat menambah besarnya porsi hutang.

"Sejumlah hambatan terus mengancam, seperti kekhawatiran mengenai keluarnya arus modal, tekanan mata uang dan pelemahan harga komoditas," ujar Direktur ADB untuk Indonesia Steven Tabor, di Jakarta, Selasa, (22/9).

Ia menjelaskan, peningkatan arus modal keluar dari kawasan Asia berkembang meningkat dengan cepat pada paruh pertama 2015, mencapai 160 miliar dolar AS. Angka itu melebihi jumlah outflow pada kuartal I sebesar 125 miliar dolar AS

"Situasi ini merupakan antisipasi dari naiknya suku bunga The Fed. Konsekuensinya, risiko di Asia meningkat. Nilai tukar mata uang terus melemah dan momentum pertumbuhan terhambat," tutur Steven.

Menurutnya tekanan mata uang di sebagian besar negara berkembang Asia, dapat menjadi ancaman terhadap kenaikan utang luar negeri swasta. Steven mengungkapkan, data menunjukkan porsi utang dalam mata uang asing di berbagai perusahaan Indonesia, Vietnam, dan Srilangka mencapai 65 persen.

Penurunan harga komoditas dunia sampai 50 persen pada tahun depan juga menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah negara berkembang Asia yang ekspornya tergantung pada komoditas. "Pelemahan harga komoditas didorong turunnya minat Cina pada energi, logam dan komoditas lainnya mengkhawatikan negara yang perekonomiannya fokus pada ekspor komoditas seperti Indonesia, Mongolia, Azerbaijan, dan Kazakhtan," tutur Steven.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement