Sabtu 19 Sep 2015 02:00 WIB

Beri Pinjaman ke Bank BUMN, Apa Keuntungan Cina?

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Pemerintah Cina mendevaluasi Yuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dalam negeri.
Foto: Sunstar.com.ph
Pemerintah Cina mendevaluasi Yuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kemarin, tiga bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanah Air yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI menandatangani perjanjian pinjaman dana senilai 3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp  dari China Development Bank (CDB). Angka tersebut tidaklah sedikit. Lantas sebenarnya apa keuntungan Cina memberikan pinjaman ini?

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listianto mengatakan saat ini ekonomi Cina sedang mengalami perlambatan. Sementara di satu sisi, dana-dana mereka cukup banyak sehingga mau tidak mau harus diinvestasikan.

Sebab uang yang mengendap di bank tersebut sebenarnya adalah utang terhadap masyarakat sehingga harus diputar.  Salah satu cara perputaran uang yakni dilakukan di negara berkembang yang menurut mereka punya prospektif ekonomi tingggi.  Salah satu investasi menarik bagi mereka yakni di Indonesia.

"Indonesia punya populasi besar, hubungan dengan Cina pun semakin intens. Malah Cina merupakan mitra dagang utama terbesar kita," ucapnya kepada Republika.co.id, Jumat (18/9).

Selain pengembalian pinjaman sebesar 3 miliar dolar AS, pastilah Cina juga mendapatkan tambahan lebih sebagai bunga atas utang tersebut. Belum lagi apabila infrastruktur tersebut berhasil.

"Ini akan semakin meningkatkan ukuran ekonomi Cina," katanya.

Negara yang menjadi tujuan ekspor terbanyak dari Indonesia ini memiliki grand design untuk kembali membangun jalur sutra. Ada pihak yang beranggapan di balik pemberian pinjaman ini, terselip ambisi Cina untuk menguasai perekonomian Indonesia.

Apalagi jika ketiga bank BUMN tersebut tidak mampu melunasi pinjaman dalam jangka waktu sepuluh tahun. Namun menurut Eko tidak ada bukti kuat yang mengarah pada terori konspirasi itu.

"Kita berpikiran positif saja, Cina pasti berharap pinjaman itu bisa dikembalikan," ujarnya. 

Negara berjuluk Tirai Bambu tersebut pasti juga ingin hubungannya dengan Indonesia berkelanjutan mengingat Indonesia adalah pasar bagi produk Cina.

 

Eko mengatakan penguasaan ekonomi secara langsung melalui teori konspirasi seperti itu mungkin saja dilakukan, tapi Cina tidak akan berpikiran sejauh itu.

Meski begitu, bank-bank BUMN peminjam harus selalu berkaca dari negara-negara Eropa yang berakhir kacau gara-gara gagal melunasi utang. "Jangan sampai Indonesia seperti itu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement