Selasa 15 Sep 2015 20:06 WIB

Bank Sentral Jepang Pertahankan Kebijakan Moneter

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank of Japan
Foto: wadsam.com
Bank of Japan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang telah ditempuh sejak Oktober 2014 meskipun kondisi ekonomi lemah saat ini.

Kepala Ekonom IHS Global Insight, Harumi Taguchi, menyatakan, Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter pada pertemuan yang diadakan Senin-Selasa (14-15/9). Dalam pertemuan tersebut disepakati, BoJ akan terus meningkatkan basis moneter terutama melalui pembelian obligasi pemerintah Jepang secara tahunan senilai 80 triliun yen atau sekitar Rp 666 miliar.

Bank sentral juga menurunkan penilaian atas kondisi saat ini mengenai ekspor dan produksi industri karena perlambatan ekonomi di negara berkembang. "Meski demikian, BoJ memandang bahwa ekonomi Jepang terus pulih secara moderat dan tetap memelihara prospek ekonomi dan inflasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/9).

Harumi mengatakan, keputusan BoJ mempertahankan kebijakan moneter saat ini bukan kejutan sebagai CPI tidak termasuk makanan segar dan energi (inflasi inti), yang merupakan seri referensi baru bank sentral. Inflasi dilaporkan naik sekitar 0,9 persen pada bulan Juli, yang menunjukkan uptrend inti inflasi sesuai dengan harapan BoJ.

Bank sentral juga telah mengakui bahwa harga minyak yang lemah bisa tetap mencapai target inflasi sebesar 2 persen pada jadwal. Dia mengatakan, BoJ harus memantau dampak ekonomi yang muncul lemah dan dampak potensial dari pergeseran kebijakan Federal Reserve AS.

"Bukti dari perlambatan ekonomi Jepang dan trend kenaikan inflasi inti yang berkurang dapat menyebabkan bank sentral mengejar pelonggaran moneter tambahan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement