Rabu 09 Sep 2015 21:36 WIB
Rupiah Melemah

Investor tak Panik, Mata Uang Negara Berkembang Menguat

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Djibril Muhammad
Rupiah
Foto: Antara
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejolak di pasar keuangan disebabkan kepanikan para investor. Maka kondisi akan kembali normal bila kepanikan itu berakhir.

"Krisis akan selalu berlalu, kepanikan pelaku pasar akan selalu reda. Saya melihat kepanikan pasar akan mereda sebelum akhir tahun, mungkin satu atau dua bulan lagi sudah normal," ujar Plt Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan, dalam Media Gathering, di Jakarta, Rabu, (9/9).

Belajar dari beberapa krisis sebelumnya, Fauzi menyatakan, situasi krisis selalu cepat datang namun cepat pergi pula. "Ini yang kita lihat di Meksiko 1995, krisis 1998, Argentina tahun 2001, dan krisis 2008. Ketika kepercayaan investor pulih, akan terjadi rebound," jelasnya.

Menurutnya, krisis global pun akan segera mereda, sebab kemungkinan besar bank sentral Amerika Serikat The Fed, tak jadi menaikkan suku bunganya tahun ini. Hal itu karena, penguatan dolar saat ini, justru melemahkan daya saing ekspor AS.

"Saya tidak terkejut jika kenaikan suka bunga The Fed ditunda sampai Desember atau semester pertama tahun depan, karena penguatan dolar memukul ekspor mereka," tutur Fauzi.

Ia menambahkan, saat The Fed menunda penaikkan suku bunganya, investor akan kembali menaruh uangnya di beberapa negara berkembang yang mematok suku bunga lebih tinggi, sehingga nilai tukar mata uang beberapa negara berkembang juga bisa menguat lagi.

"Jadi kemungkinan rupiah kembali menguat di bawah Rp 14 ribu per dolar AS itu besar," tegas Fauzi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement