Rabu 09 Sep 2015 09:43 WIB

Proyek Kereta Ringan Dipastikan Minim Hambatan Pembebasan Lahan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gambar kereta api ringan (LRT).
Gambar kereta api ringan (LRT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Groundbreaking proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) telah dimulai secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu pagi (9/9). Proyek yang ditargetkan rampung pada 2018 tersebut dipastikan minim hambatan pembebasan lahan.

Direktur Adhi Karya Kiswodarmawan menjelaskan, LRT merupakan salah satu moda transportasi massal berbasis rel yang ramah lingkungan dan pembangunannya dilakukan secara elevated di atas tanah ruang milik jalan tol dan non tol.

"Ini memungkinkan pembebasan lahan seminimal mungkin sekaligus mengoptimalkan lahan yang telah dimiliki pemerintah," kata dia. Seperti diketahui,  PT Adhi Karya merupakan perusahaan yang ditunjuk sebagai pelaksana proyek.

Pasca rampung dibangun, Kereta Ringan diagendakan terintegrasi dengan semua moda transportasi di DKI Jakarta di antaranya bus transjakarta, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, MRT, kereta Bandara yang akan kita mulai. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan soal LRT yang terintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, bukan Kereta Sedang.

Kiswodarmawan bercerita, ide pembangunan berawal saat ia menghadap Gubernur DKI pada awal Desember 2012. Mereka membahas soal kelanjutan proyek monorel Jakarta. Lantas, digagas lah moda transportasi massal Jakarta berupa LRT.

Pada teknis pembangunannya, LRT terdiri atas dua tahap dengan total panjang 83,6 km. Di mana masing-masing terdiri dari tiga lintas pelayanan yakni tahap I meliputi lintas layanan Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas dengan 18 stasiun dan panjang 42,1 km.

Selanjutnya pada tahap II meliputi lintas pelayanan Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan dan Palmerah-Grogol dengan panjang 41,5 km. "Daya angkut harian dengan konfigurasi 6 train set adalah 24 ribu PPHD head way 2 menit saat peak," katanya. Kereta ringan direncanakan memiliki kecepatan operasi 60-80 km per jam dengan power DC 1.500 volt.

Struktur prasarana LRT menggunakan pondasi tiang pancang diameter 100 cm dan 80 cm di mana pilar dan grider terbuat dari beton precast dan prestress. "Ini bertujuan agar pembangunannya cepat dan tidak terlalu mengganggu trafik yang ada," lanjutnya.

Tahap pelaksanaan lintas pelayanan LRT tahap I akan dimulai pada kuartal akhir 2015 dan direncanakan selesai pada 2018. Sedangkan lintas pelayanan LRT tahap II akan dimulai pada kuartal akhir 2016 dan ditargetkan selesai pada akhir 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement