Jumat 04 Sep 2015 09:03 WIB

BI: Ini Kita Sebut Fenomena Super Dolar

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah di atas Rp 14 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat menggunakan mata rupiah dalam bertransaksi. Ini penting dilakukan sehingga dapat mendukung penguatan kurs rupiah yang melemah dan menembus Rp 14.160 per dolar AS pada Kamis (3/9).

"Ini fenomena global, bukan Indonesia saja yang merasakannya, tetapi negara lain juga. Kita menyebut fenomena ini dengan super dolar. Salah satu cara agar rupiah tidak terus tertekan yakni tidak bergantung kepada dolar," kata Kepala Grup Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia, Yoga Affandi di Bengkulu, Jumat (4/9).

Tidak hanya transaksi domestik saja, tetapi juga untuk transaksi antarnegara, BI mengajak seluruh kalangan agar menggunakan rupiah, atau langsung menggunakan mata uang negara tujuan ekspor impor. "Biasanya kalangan ekspor impor yakni pengusaha masih tetap menggunakan dolar walaupun transaksi itu berlangsung bukan dengan Amerika Serikat misalnya ke negara Cina, ketergantungan dolar seperti ini menyumbang pelemahan nilai tukar rupiah," kata dia.

BI memiliki fasilitas transaksi ekspor impor tanpa harus menggunakan dolar, jadi langsung transaksi menggunakan mata uang rupiah atau mata uang negara tujuan transaksi. "Namanya bilateral currency swap agreement (BCSA), namun pengusaha belum menggunakan ini karena menilai dolar lebih likuid," kata dia.

BI juga meminta semua pihak agar tidak menyamakan melemahnya nilai tukar rupiah dengan Indonesia dalam kondisi krisis ekonomi. "Indonesia masih jauh dari krisis, melemahnya nilai tukar rupiah tidak serta merta krisis, ada banyak faktor (yang terjadi) jika krisis ekonomi, tidak fair jika hanya menilai dari nilai tukar rupiah saja," ujarnya.

Bahkan Indonesia jauh lebih baik nilai tukar mata uangnya, jika dibandingkan, negara Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Turki bahkan Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement